Para mahasiswa dan alumni ingin memperhitungkan rasisme dan ketidakadilan yang berasal dari perbudakan era kolonial hingga berbagai proyek perluasan kampus belakangan yang telah mendorong perpindahan komunitas kulit berwarna.
Mahasiswa Brown University, salah satu perguruan tinggi bergengsi di Amerika, baru-baru ini menyetujui resolusi yang menyerukan agar universitas di Rhode Island itu mengidentifikasi keturunan budak dan mulai membayar reparasi atau ganti rugi kepada mereka.
“Di sini, di Brown University, mahasiswa mendorong universitas untuk memberikan ganti rugi, dari keuntungannya terkait perdagangan budak," kata Jason Carroll, seorang keturunan budak dan mahasiswa pascasarjana di Brown University.
Lembaga pendidikan tinggi tertua ketiga di Amerika itu melakukan penelitian selama tiga tahun yang kesimpulannya menyatakan bahwa universitas mendapat manfaat dari perdagangan budak yang mendominasi ekonomi Rhode Island pada saat universitas itu didirikan. Penelitian demikian belum pernah dilakukan sebelumnya.
Temuan ini mendorong para pemimpin Brown University untuk mendedikasikan sebuah Tugu Peringatan Perbudakan pada tahun 2014, di antara berbagai upaya lainnya, seperti disampaikan oleh Jason Carroll, seorang mahasiswa pascasarjana di universitas itu.
“Monumen rantai putus ini terletak di kampus Brown dan menjadi peringatan akan adanya hubungan antara universitas dan pendirinya dengan perdagangan budak," katanya.
Satuan tugas “Anti-Rasisme terhadap Warga Kulit Hitam” diharapkan segera memberikan rekomendasi tentang bagaimana universitas dapat lebih meningkatkan kesetaraan ras.
BACA JUGA: Sejarah Kulit Hitam Diharapkan Masuk dalam Kurikulum Sekolah di ASNamun, hal itu tidak cukup bagi para mahasiswa dan aktivis yang mengatakan universitas perlu berbuat lebih banyak, termasuk meluncurkan program reparasi atau ganti rugi yang secara langsung menguntungkan para keturunan budak.
Mereka juga menginginkan berbagai upaya yang khusus diarahkan untuk membantu komunitas kulit hitam yang terpengaruh oleh ketidakadilan ras sistemik yang terjadi selama pengembangan Universitas Brown selama bertahun-tahun.
“Apa yang kami minta dilakukan universitas adalah, pertama, mengidentifikasi keturunan dari mereka yang dirugikan oleh para pendirinya melalui perdagangan budak, dan kedua, membuat rencana untuk reparasi, baik melalui hubungan keluarga secara individu maupun komunitas yang lebih luas, yakni mereka yang dirugikan oleh pendiri universitas ini dan para kroninya," kata Jason Carroll.
Di Brown University, para pemimpin telah lama memuji peluncuran dana abadi tahun 2007 untuk memberikan manfaat bagi sistem sekolah umum kota Providence sebagai bagian penting dari penebusannya terhadap perbudakan.
Namun universitas hanya mengeluarkan dana $10 juta yang dijanjikan ke distrik sekolah negeri yang bermasalah tahun lalu setelah mendapat keluhan dari wali kota dan pihak-pihak lain.
Para aktivis mengatakan upaya itu mungkin terpuji, tetapi itu tidak ada hubungannya dengan pemberian kompensasi kepada komunitas kulit hitam terkait perbudakan karena siswa di distrik sekolah tersebut sebagian besar adalah orang Latin atau Hispanik, kata Jason Carroll.
Mahasiswa di Harvard University juga menyerukan reparasi setelah bertahun-tahun mendapat pengumuman yang menjadi berita utama dari universitas itu, termasuk membuang lambang fakultas hukum yang berasal dari lambang keluarga pemilik budak.
Sebuah panel yang meneliti warisan budak di universitas itu berencana untuk merilis temuan dan rekomendasinya akhir tahun ini.
Di University of Chicago, mahasiswa mengatakan bahwa mereka frustrasi karena universitas terus menjauhkan diri dari ikatan perbudakan, bahkan selagi mereka memuji upaya untuk memajukan kesetaraan dan keadilan ras. Tahun lalu, universitas itu menurunkan berbagai atribut untuk menghormati Senator AS Stephen Douglas, tetapi mempertahankan atribut untuk pemilik perkebunan yang mempekerjakan budak di Mississippi yang menyumbangkan tanah untuk universitas bersangkutan.
BACA JUGA: Dituduh Jalankan Kebijakan Rasis, Princeton University Copot Nama Presiden Woodrow WilsonDi Athena, Georgia, para mahasiswa dan kelompok-kelompok masyarakat mengeluh bahwa Universitas Georgia masih diam terakit upaya kota baru-baru ini untuk memberikan ganti rugi bagi perpindahan sekitar 50 keluarga kulit hitam demi untuk menyediakan lahan bagi pembangunan asrama mahasiswa pada tahun 1960-an.
Awal tahun ini, Wali kota Kelly Girtz menandatangani resolusi yang mengakui pengambilalihan rumah-rumah itu, dan memulai proses untuk memberikan “ganti rugi yang adil.”
Kelompok-kelompok mahasiswa baru-baru ini berunjuk rasa untuk meminta perhatian terhadap masalah itu, di antara berbagai tuntutan keadilan ras lainnya.
Di Virginia, sebuah undang-undang baru mengamanatkan lima perguruan tinggi negeri di negara bagian itu untuk memberikan “manfaat nyata” bagi keturunan para budak. [lt/jm]