Raja Charles III berharap dapat menjaga suasana tenang ketika anggota keluarga kerajaan berbaur dengan sekitar 2.800 tamu yang akan menghadiri langsung upacara penobatan raja baru pada 6 Mei di Westminster Abbey, London. Semua akan hadir meramaikan upacara itu, kecuali Meghan, Duchess of Sussex.
Bagaimana Charles mengelola drama keluarganya selama beberapa minggu dan tahun mendatang, merupakan hal yang sangat penting demi melindungi monarki itu. Tanpa rasa hormat dari publik, House of Windsor berisiko disamakan dengan keluarga bintang pop, pemengaruh atau influencer media sosial, atau kontestan realitas televisi yang menjadi makanan empuk para wartawan tabloid, dan tentunya berpotensi merusak citra kerajaan yang menopang peran Charles dalam kehidupan publik.
Kerajaan Yang Senantiasa Diwarnai Kontroversi Pribadi
Sinetron kerajaan ini tidak dimulai oleh generasi bangsawan saat ini saja. Raja Edward VIII memicu krisis konstitusional ketika pada tahun 1936 ia memilih turun tahta untuk menikahi Wallis Simpson dari Amerika, yang sudah dua kali bercerai.
Charles sendiri merupakan sosok kontroversial sejak kehancuran perkawinannya dengan Putri Diana, ibu Pangeran William dan Pangeran Harry, yang dipuja banyak kalangan karena kecantikan dan rasa welas asihnya. Diana sempat menuduh ada “tiga orang” dalam perkawinannya, merujuk pada pacar lama Charles, Camilla Parker-Bowles.
Camilla, yang dijuluki “The Queen Consort” atau semacam permaisuri, menikah dengan Charles pada tahun 2005. Ia juga akan dimahkotai bersama suaminya dalam upacara penobatan 6 Mei. Camilla awalnya dikecam keras oleh para penggemar Diana. Menyadari posisinya, Camilla bekerja keras merehabilitasi nama baiknya, mulai dari mendukung program literasi bagi orang dewasa, hingga melindungi korban kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Meskipun demikian upaya itu pun memicu ketegangan. Pangeran Harry menulis di buku memoarnya “Spare” bahwa sebagian anggota keluarga kerajaan senior membocorkan kisah-kisah tidak menyenangkan tentang dirinya kepada media, dengan imbalan mendapat liputan tentang kerajaan, khususnya untuk memulihkan citra Camilla.
Persoalan Masa Lalu Ditengarai akan Menghantui
Pemimpin redaksi majalah “Majesty,” Joe Little mengatakan, "Saya kira merupakan hal yang tidak dapat dihindari ketika Charles menjadi raja, akan banyak hal-hal pribadi yang kembali menghantuinya. Kita tahu ada persoalan rumit yang menyelimutinya, hal-hal yang sangat pribadi, yang membuat kita sangat ingin tahu. Tetapi sebagai seorang raja, ia mungkin akan mengangkat bahu dan melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada yang dapat dilakukan tentang hal ini.”
Ketika menikah pada tahun 2018, Harry dan Meghan merayakan wajah baru kerajaan itu. Harry, yang pada usia sangat muda telah sangat berduka dengan kepergian ibunya, dikenal luas karena mengkampanyekan upaya mengakhiri stigma masalah kesehatan mental. Sementara Meghan, yang merupakan aktris Amerika keturunan dua ras, membawa sentuhan gemerlap Hollywood pada keluarga kerajaan.
Banyak pengamat berharap Meghan akan membantu keluarga Windsor itu terkoneksi dengan orang-orang yang lebih muda di negara yang semakin multi-kultural itu.
Harapan ini dengan cepat musnah di tengah serangkaian tuduhan bahwa para pejabat di Istana bersikap tidak sensitif terhadap perjuangan kesehatan mental Meghan saat ia menyesuaikan diri pada kehidupan kerajaan.
Harry dan Meghan mengundurkan diri dari tugas-tugas utama kerajaan itu tiga tahun lalu dan pindah ke California, di mana mereka kerap melontarkan kritik terhadap House of Windsor. Serangan itu memicu spekulasi selama berbulan-bulan tentang apakah pasangan itu akan diundang atau tidak dalam upacara penobatan Raja Charles III. Bulan lalu Istana mengumumkan Harry akan menghadiri upacara itu, tetapi Meghan akan tetap berada di California bersama kedua anak mereka.
Little mengatakan ketidakhadiran Meghan dalam upacara penobatan itu tidak terlalu signifikan, dan ia berharap publik tidak terlalu memberi perhatian luas pada Harry; termasuk soal di mana ia akan duduk dibandingkan seluruh anggota keluarga di Westminster Abbey.
Para pengamat Kerajaan Inggris akan melihat tanda-tanda mencairnya ketegangan dalam keluarga kerajaan itu. Denah tempat duduk, bahasa tubuh hingga pakaian yang dikenakan akan memberikan isyarat itu.
Sejarawan kerajaan Robert Lacey mengatakan, “Ini menunjukkan ketidaksempuraan keluarga itu. Meksipun lainnya tentu akan mengatakan, upacara penobatan itu bukan soal keluarga yang sempurna. Lagi pula apa yang dimaksud keluarga yang sempurna. Kerajaan Inggris sedianya menjadi perwakilan, menjadi sesuatu yang ideal. Padahal ini tidak realistis dan terbukti sangat tidak realistis.”
BACA JUGA: Minyak Suci Penobatan Raja Charles Diberkati di YerusalemPasca mangkatnya Ratu Elizabeth II tahun lalu, Pangeran William dan Pangeran Harry bersama istri masing-masing, tampak melihat-lihat karangan bunga yang ditinggalkan publik di pintu masuk Istana Windsor. Alih-alih menjadi wahana menunjukkan rasa solidaritas di antara abang-adik pasca kematian nenek mereka, reuni itu terlihat tidak biasa.
Robert Lacey mengatakan, “Argumen di antara kedua kakak beradik ini pada dasarnya karena William berdiri membela institusi kerajaan, yang menurutnya dalam banyak hal telah terancam oleh perilaku adik iparnya. Dan Harry senantiasa membela istrinya. Kini Pangeran William telah menunjukkan identitasnya sebagai raja masa depn. Sementara cinta dan kesetiaan Harry pada istrinya, menyulitkannya untuk melihat penyelesaian konflik apapun dalam waktu dekat ini.” [em/jm]