Gedung Putih, Senin (30/8) menyatakan operasi “berlanjut tanpa terganggu” di bandara di Kabul, Afghanistan, setelah serangan roket di sana.
Para saksi mata, serta menurut seorang pejabat AS kepada Reuters,mengatakan beberapa roket dicegat dengan sistem pertahanan rudal.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa Presiden Joe Biden telah diberitahu mengenai serangan itu dan “mengukuhkan kembali perintahnya agar para komandan melipatgandakan upaya mereka untuk memprioritaskan apapun yang diperlukan untuk melindungi pasukan AS di lapangan.”
AS sedang berupaya menuntaskan evakuasi dari Kabul menjelang tenggat hari Selasa (31/8), dan di tengah-tengah memburuknya situasi keamanan yang mencakup serangan bunuh diri di luar bandara pada Kamis lalu yang menewaskan sedikitnya 169 orang Afghanistan dan 13 tentara AS.
Militer AS juga sedang menyelidiki laporan mengenai korban warga sipil setelah melakukan serangan udara hari Minggu yang disebut melenyapkan “ancaman ISIS-Khorasan yang kian dekat di bandara Internasional Hamid Karzai.”
“Kami akan sangat bersedih dengan kemungkinan hilangnya banyak nyawa orang tak berdosa,” kata Kapten Bill Urban, juru bicara CENTCOM, dalam suatu pernyataan Minggu malam.
Urban mengatakan akibat serangan udara masih dievaluasi dan bahwa ledakan kedua “mungkin telah menyebabkan korban tambahan. Belum jelas mengenai apa yang mungkin terjadi, dan kami sedang menyelidiki lebih lanjut.”
BACA JUGA: Serangan Udara AS di Kabul Dilaporkan Telan Korban Warga SipilMenurut laporan di The New York Times, serangan drone atau serangan bom kedua menewaskan hingga sembilan warga sipil, termasuk di antaranya anak-anak.
Dina Mohammadi mengatakan keluarga besarnya bermukim di bangunan itu dan bahwa beberapa di antaranya tewas, termasuk anak-anak, kata Associated Press. Ia tidak segera dapat memberitahu nama atau usia korban yang tewas.
Karim, seorang wakil rakyat setempat, mengatakan, serangan itu memicu kebakaran yang mempersulit upaya penyelamatan korban. “Ada asap di mana-mana dan saya membawa keluar beberapa anak-anak dan perempuan,” ujarnya.
Ahmaduddin, seorang warga setempat, mengatakan, ia telah mengumpulkan mayat anak-anak setelah serangan, yang memicu lebih banyak lagi ledakan di dalam rumah itu, kata Associated Press.
Hingga Minggu pagi, evakuasi udara telah membawa sekitar 120 ribu orang keluar dari Kabul sejak akhir Juli, kata Gedung Putih.
“Ini adalah masa-masa paling berbahaya di misi yang sangat berbahaya, dalam beberapa hari terakhir,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam acara televisi ABC This Week pada hari Minggu.
Senator dari partai Republik Ben Sasse, juga kepada stasiun televisi ABC, mengkritik operasi evakuasi pemerintahan Biden. “Ini jelas tidak ada rencana. Rencana mereka pada dasarnya hanya obrolan ringan,” ujarnya.
Biden mengatakan dalam wawancara di CNN bahwa sekitar 300 warga negara Amerika ingin dievakuasi dari Afghanistan. [uh/ab]