Vatikan pada Rabu (24/7) tidak memberikan komentar, setelah sebuah penyelidikan publik menemukan sekitar 200 ribu anak-anak, remaja dan orang dewasa yang rentan, dilecehkan di pusat-pusat perawatan yang dikelola negara dan organisasi keagamaan selama 70 tahun terakhir, di Selandia Baru.
“Saya berharap bahwa mungkin mereka akan memberikan pernyataan singkat yang menegaskan kepedihan dan kekecewaan mereka terkait perlakuan terhadap anak-anak dan orang dewasa rentan selama beberapa dekade terakhir itu,” kata korespoden Reuters di Vatikan, Joshua McElwee.
Sementara penyintas pelecehan seksual yang juga memimpin organisasi jaringan anti pelecehan, Rete L’Abuso, Francesco Zanardi mengatakan, “Di Selandia Baru, ada kewajiban melaporkan, namun saya mendengar dari rekan-rekan saya di Selandia Baru, terlepas dari kewajiban ini, pihak gereja dalam berbagai komisi umat yang telah dilakukan di Selandia Baru, selalu menghambat laporan ini, dan kolega-kolega saya telah memprotes itu.”
BACA JUGA: Keuskupan Agung Kanada Berikan Kompensasi Rp1,2 Triliun Bagi Korban Pelecehan SeksualHampir setiap satu dari tiga anak-anak dan orang dewasa rentan di pusat perawatan sejak 1950-2019 mengalami beberapa bentuk pelecehan, kata laporan tersebut. Sebuah temuan yang bisa membuat pemerintah menghadapi klaim kompensasi baru senilai miliaran dolar.
Laporan oleh Komisi Penyelidikan Kerajaan itu telah berbicara kepada lebih dari 2.300 penyintas pelecehan di Selandia Baru, negara berpenduduk 5,3 juta jiwa. Penyelidikan ini membeberkan secara rinci serangkaian pelecehan di pusat perawatan milik negara dan organisasi keagamaan, termasuk pemerkosaan, sterilisasi dan sengatan listrik, yang memuncak pada 1970an.
Mereka yang berasal dari komunitas suku asli Maori, secara khusus rentan terhadap pelecehan, begitu juga mereka yang memiliki disabilitas mental dan fisik, menurut laporan itu.
“Hari ini adalah tentang mereka, para penyintas, dan kisah-kisah mereka, dan kepada para penyintas, saya ingin berterimakasih untuk kekuatan luar biasa Anda, upaya luar biasa Anda, dan juga kejujuran Anda dalam menghadapinya. Saya tidak bisa menghapus rasa sakit Anda, tetapi saya sampaikan, bahwa hari ini Anda didengarkan dan kisah Anda dipercaya,” kata Perdana Menteri Selandia Baru, Christipher Luxon. [ns/jm]