Video Game Bantu Penderita Kanker Anak Atasi Nyeri

  • Associated Press

Seorang pasien muda belajar bagaimana melawan kanker menggunakan video game Re-Mission 2 HopeLab. (Foto: Cigna via AP)

Sebuah studi medis menemukan, video game dapat membantu anak dan remaja penderita kanker mengatasi rasa sakit yang disebabkan oleh pengobatan mereka.

Jangan heran bila Anda menemukan anak-anak sedang bermain video game di bangsal onkologi Rumah Sakit La Paz Madrid, Spanyol. Ini bukan perlakuan istimewa bagi penderita kanker, melainkan cara dokter di sana membantu meringankan rasa nyeri yang diderita pasien saat menjalani kemoterapi dan radioterapi.

Dokter Francisco Reinoso Barbero, kepala unit penanggulangan nyeri pada anak di Rumah Sakit La Paz, menjelaskan, ia dan timnya sedang mempraktikkan hasil studi tentang pengendalian rasa sakit akibat pengobatan kanker yang dipublikasikan di Journal of Medical Internet Research edisi Maret 2020.

Manuel Andres Sequera, 2, melihat ke luar jendela saat melakukan kemoterapi di rumah sakit anak. (Foto: Reuters)

“Apa yang telah kita lihat dalam penelitian ini adalah bahwa ketika seorang anak bermain, ketika Anda memberi mereka cara untuk bermain dan mereka terhibur, tingkat konsumsi morfin, yang biasanya mereka butuhkan untuk mengendalikan rasa sakit, berkurang. Mereka juga lebih baik dari sudut pandang psikologis rasa sakit dan suasana hati," katanya.

Adrian Toro, seorang remaja penderita kanker membenarkan itu. Ia sering bermain video game Fortnite: Battle Royale saat menjalani kemoterapi.

Your browser doesn’t support HTML5

Video Game Bantu Penderita Kanker Anak Atasi Nyeri

"Saya jadi lupa ibu, lupa perawat dan saya merasa tenang dan nyaman," ujarnya.

Antara Januari 2016 dan 2017 dokter di bangsal onkologi di rumah sakit ini melakukan penelitian tentang penggunaan video game untuk menghilangkan rasa sakit akibat mukositis.

Mukositis disebabkan oleh kemoterapi, yang tidak jarang memicu peradangan yang mengerikan, serta luka dan bisul di mulut, tenggorokan dan kerongkongan.

BACA JUGA: Minim Fasilitas, Penderita Kanker Anak Makin ‘Sakit’ (Bagian 2)

Selama penelitian, 20 anak yang menderita leukemia atau telah menerima transplantasi sumsum tulang dianjurkan bermain video game.

Para dokter melihat pengurangan 20 persen penggunaan morfin dan pengurangan 44 persen permintaan bolus, obat ekstra yang dapat diminta pasien untuk membantu mengatasi rasa sakit.

Studi ini mengamati anak berusia 4 hingga 17 tahun dengan tingkat mukositis buruk. Mereka tidak dapat mengonsumsi makanan padat, dan dalam beberapa kasus tidak dapat mengonsumsi makanan atau minuman sama sekali.

Prosedur yang biasa dilakukan untuk pasien dengan gejala ini adalah menghubungkan mereka ke pompa PCA yang menyalurkan morfin untuk mengurangi rasa sakit.

Gambar sel-sel kanker darah atau leukemia (Foto: ilustrasi).

Pada studi ini, setelah 24 jam di pompa morfin, pasien diminta bermain video game dan diberi kuesioner tentang intensitas nyeri mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intensitas nyeri insidental yang dilaporkan dalam 24 jam sebelumnya berkurang secara signifikan setelah bermain video game.

Ide bermain video game saat menjalani pengobatan kanker sebetulnya lahir dari gagasan Monica Esteban, seorang eksekutif periklanan di Madrid.

Pada tahun 2010, ia memberikan PlayStation yang sudah tidak digunakannya lagi kepada seorang anak yang sedang menjalani kemoterapi. Monica segera melihat peningkatan suasana hati anak itu.

Mikey Richert,10, bermain video game di rumahnya. Ia didiagnosis menderita tumor otak pada usia 9 tahun. (Foto: AP)

Kejadian itu mendorongnya untuk menciptakan 'Juegoterapia', gerakan pengumpulan dan distribusi ribuan stasiun video game di Spanyol, Portugal, Honduras, dan Afghanistan, untuk diberikan kepada para penderita kanker.

"Tujuan utama kami adalah menjangkau semua anak di dunia, untuk menetapkan protokol di mana rumah sakit sudah memahami betapa pentingnya video game, dan untuk menjangkau sebanyak mungkin anak," katanya. [ab/uh]