Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Rusia hari Sabtu menyatakan putaran kedua perundingan perdamaian Suriah, yang diadakan pekan ini di Kazakhstan, sukses. Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Kementerian itu, Sergey Vershinin, mengatakan kepada media pemerintah Rusia, pembicaraan di Astana adalah langkah penting menuju penyelesaian krisis Suriah.
Tiga negara penjamin, Rusia dan Iran, mendukung pemerintah Suriah, dan Turki, yang mendukung sebagian pemberontak, menentang pemerintah Suriah, mengadakan pembicaraan itu di Kazakhstan. Selain tuan rumah, negara lain yang hadir termasuk wakil dari Suriah dan kelompok oposisi bersenjata Suriah, PBB dan berbagai pengamat, seperti Amerika dan Yordania.
Delegasi dalam perundingan di ibukota Kazakhstan itu lebih kecil dan pangkatnya lebih rendah daripada dalam putaran pertama Proses Astana itu Januari lalu. Mereka tidak bisa menyepakati pernyataan akhir, dan masih belum ada dialog langsung antara pemerintah Suriah dan oposisi. Di luar faktor-faktor itu, pejabat Rusia memberi penilaian optimistis atas hasil pembicaraan itu.
Karena pembicaraan dimulai terlambat sehari dari jadwal, ketua delegasi pemerintah Suriah, Bashar Jaafari, mengatakan tidak adanya kesepakatan tentang pernyataan akhir dikarenakan oposisi Suriah dan delegasi Turki datang terlambat. Jaafari menyatakan, mereka tidak bertanggungjawab, dan menuduh mereka hendak mengacaukan pembicaraan.
Pemberontak Suriah mengatakan tidak adanya pernyataan akhir, yang dianggap minimal bagi umumnya negosiasi itu, karena tidak dipenuhinya syarat gencatan senjata. Kelompok oposisi bersenjata yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan pemerintah Suriah dan pendukungnya secara berkala melanggar gencatan senjata tersebut. [ka]