Polisi Chicago akan lebih terlatih untuk menangani situasi tegang dalam perselisihan keluarga, dan mobil-mobil polisi akan dipersenjatai dengan taser, Walikota Rahm Emanuel mengumumkan Rabu (30/12).
Perombakan dalam taktik polisi itu muncul beberapa hari setelah dua orang warga kulit hitam di Chicago ditembak mati dalam sengketa keluarga. Salah satunya adalah seorang wanita berusia 55 tahun yang menurut polisi, terbunuh secara tidak sengaja.
"Ada perbedaan antara apakah polisi boleh menggunakan senjata dan kapan mereka harus menggunakan senjata itu. Para pejabat kota harus bisa melatih polisi mengetahui perbedaan antara keduanya," kata Emanuel dalam jumpa pers.
Para petugas akan dilatih bagaimana menangani situasi kekerasan domestik yang melibatkan tersangka yang mabuk, sakit ingatan, kecanduan obat terlarang, atau tidak dapat mengendalikan diri.
Polisi akan dilengkapi dengan senjata elektronik yang disebut taser yang dapat melumpuhkan tersangka tanpa harus menggunakan peluru.
"Kami berharap setiap petugas polisi mempelajari keterampilan dan kemampuan yang memungkinkan mereka membantu menyelesaikan konfrontasi dengan menggunakan sesedikit mungkin kekuatan fisik atau kekerasan yang bisa mengakibatkan kematian," kata pejabat Inspektur Polisi John Escalante.
Dia mengatakan tujuannya adalah supaya polisi di lapangan bisa bersabar dan menjaga jarak dengan tersangka guna memberi waktu untuk berpikir lebih bijaksana dan secara fisik meningkatkan lingkungan yang lebih aman.
Tahun 2015 akan dikenang sebagai tahun penuh protes di seluruh Amerika karena adanya tindak kekerasan oleh polisi, baik yang berkulit putih dan hitam terhadap pemuda kulit hitam , di kota-kota besar seperti New York, Baltimore, Chicago, dan Ferguson , daerah pinggiran kota St. Louis. [sp/ii]