“Yang dari Kalimantan Timur mana… Yang dari Riau… Yang dari Medan…,” inilah petikan suasana di bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta Sabtu sore (15/2) ketika 285 warga yang sejak awal Februari lalu menjalani observasi dan karantina di Natuna, Kepulauan Riau, tiba.
Sejumlah pejabat dari Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ikut mengawal kepulangan warga. Sebagian besar adalah para mahasiswa yang sedang menempuh kuliah di Wuhan, satu kota di bagian tengah China di mana virus korona yang mematikan itu bermula.
BACA JUGA: Usai Karantina 2 Minggu, 285 WNI dari Wuhan Boleh PulangSalah seorang mahasiswa, Yulianova, Minggu malam (16/2) mengatakan kepada VOA betapa ia sangat gembira bisa dipulangkan dan kini tinggal bersama tantenya di Jakarta. Yuli, demikian panggilan akrab mahasiswi Hubungan Internasional di Central China Normal University, di Wuhan, bersama dua temannya yang tinggal di satu asrama, pada akhir Januari lalu sempat mengirim video pendek memohon kepada pemerintah Indonesia untuk memulangkan mereka.
Video ini viral di media sosial.
Selama menjalani observasi dan karantina di Natuna, para mahasiswa ini mendapat layanan fasilitas yang memadai untuk dapat mengikuti kuliah secara online dan berinteraksi sebagaimana yang biasa dilakukan sehari-hari.
Selain mahasiswa, ada pula lima staf KBRI Beijing, 18 kru pesawat Batik Air, 3 staf Kementerian Kesehatan, 3 staf Kementerian Luar Negeri, 8 staf kesehatan TNI dan 10 personil pengamanan TNI.
Dinas Kesehatan akan Tetap Pantau Kesehatan Warga yang Dipulangkan
Mengingat penularan virus korona yang masih belum dapat dipastikan, pihak berwenang di Indonesia tetap akan memantau kondisi kesehatan mereka selama 14 hari ke depan. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo, menjelaskan hal ini ketika dihubungi VOA Minggu malam (16/2).
“Mereka yang dipulangkan ini akan tetap dipantau selama 14 hari ke depan oleh dinas kesehatan daerah masing-masing, yang akan melaporkannya kepada Kementerian Kesehatan,” ungkapnya.
Meskipun demikian Agus Wibowo memastikan hingga masa observasi dan karantina di Natuna selesai, semuanya dipastikan sehat walafiat.
Penegasan serupa disampaikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menko PMK Muhadjir Effendy, Kepala BNPB Doni Monardo dan tim pendukung lainnya.
Presiden Joko Widodo Serukan Warga Terima Kembali
Presiden Joko Widodo, di sela-sela kunjungan kerja ke Magelang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu, bahkan meminta warga untuk menerima kembalinya ke-285 warga ini apa adanya.
“Itu proses protokol kesehatan dari WHO yang kita ikuti secara ketat. Karantina di Natuna juga ketat diawasi, dicek harian. Sekarang sudah 14 hari, memang protokolnya seperti itu. Kalau sekarang mereka kembali ke masyarakat itu dipastikan bahwa prosedur (observasi.red) telah dilalui. Saya harapkan masyarakat bisa menerima apa adanya karena mereka sudah melalui observasi selama 14 hari. Tidak perlu takut. Terima (mereka.red) apa adanya. Tidak ada masalah,” tukasnya.
Pemulangan warga ke kampung halamannya dilakukan dengan menggunakan tiga pesawat TNI, masing-masing dua pesawat jenis Boeing dan satu jenis Hercules yang diberangkatkan dari Lanud Raden Sadjad Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. Setibanya di bandara Halim Perdana Kusumah, warga dijemput oleh pejabat propinsi masing-masing untuk didampingi sampai ke kampung halaman.
Selain mendapat bingkisan dan uang saku, seluruh biaya akomodasi dan transportasi ditanggung pemerintah. Tetapi yang paling penting adalah sepucuk surat keterangan kesehatan hasil observasi dari Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, yang menjadi bukti tertulis kondisi kesehatan mereka dan kelak dapat digunakan untuk hal-hal lain yang diperlukan.
Menko PMK Akan Bahas Lebih Jauh Kelanjutan Studi Mahasiswa
Menko PMK mengatakan akan membahas lebih jauh tentang kelanjutan program pendidikan mahasiswa yang sebelumnya studi di
Wuhan dan daerah-daerah lain di China. “Kelanjutan pendidikan mereka pastinya akan kami perhatikan. Hal itu akan kami bahas setelah ini semua rampung. Prioritasnya adalah keseluruhan dari observasi ini rampung dengan baik dulu baru hal yang lain,” ujar Menko PMK Muhadjir Effendy. [em/jm]