Seorang wartawan Australia keturunan Tionghoa yang divonis bersalah atas tuduhan spionase dan ditahan di China selama tiga tahun telah kembali ke Australia, kata PM Anthony Albanese hari Rabu (11/10).
Cheng Lei (48), bekerja untuk biro internasional badan penyiaran pemerintah China CCTV. Ia telah berkumpul kembali dengan kedua anaknya di Melbourne, kata Albanese.
Kementerian Luar Negeri China mengukuhkan pembebasan Cheng dan mengatakan ia dideportasi sesuai dengan UU.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, “Setelah menjalani hukumannya, Cheng Lei dideportasi oleh Biro Keamanan Nasional Beijing sesuai dengan undang-undang.”
Kepulangannya berlangsung menjelang rencana kunjungan Albanese ke Beijing tahun ini pada tanggal yang belum diumumkan.
Pemerintahan Albanese telah melobi pembebasan Cheng dan seorang warga keturunan Tionghoa lainnya yang ditahan di China sejak 2019, Yang Henjun.
Hubungan bilateral telah meningkat sejak Partai Buruh berhaluan kiri tengah pimpinan Albanese terpilih setelah sembilan tahun kekuasaan pemerintah konservatif. Beijing telah mencabut beberapa hambatan perdagangan resmi dan tak resmi terhadap ekspor Australia.
Albanese menyatakan bahwa Cheng baru saja dijatuhi hukuman setelah divonis bersalah dalam sidang tertutup tahun lalu atas tuduhan terkait keamanan nasional.
“Kepulangannya mengakhiri tahun-tahun sulit bagi Cheng dan keluarganya. Pemerintah telah mengupayakan ini untuk waktu yang lama dan kepulangannya akan disambut hangat bukan hanya oleh keluarga dan teman-temannya tetapi oleh seluruh rakyat Australia,” katanya.
BACA JUGA: Australia Prihatin dengan Vonis Wartawan yang Tertunda di ChinaAlbanese mengatakan ia berbicara dengan Cheng di Melbourne, di mana anak-anaknya tinggal bersama dengan ibu Cheng, dan bahwa mereka membahas surat yang Cheng tulis kepada masyarakat Australia pada Agustus lalu untuk menandai tiga tahun penahanannya. Wartawan kelahiran China ini berbicara dalam suratnya mengenai kecintaannya pada Australia.
Dalam surat itu, ia juga menguraikan kondisi kehidupannya di dalam tahanan di China. Ia mengatakan ia diizinkan berdiri di bawah sinar matahari selama 10 jam saja dalam satu tahun. “Ia orang yang sangat kuat dan tangguh … dan ketika saya berbicara dengannya, ia gembira bisa kembali ke Melbourne,” kata Albanese.
Albanese tidak mengatakan apakah Yang juga kemungkinan akan dibebaskan.
“Kami terus mengadvokasi kepentingan, hak-hak dan kesehatan Dr. Yang kepada pihak berwenang China di semua tingkatan,” kata Albanese.
Yang, penulis dan blogger demokrasi berusia 58 tahun, mengatakan kepada keluarganya pada Agustus lalu bahwa ia takut akan mati di dalam pusat penahanan Beijing setelah didiagnosis ada kista di ginjalnya, mendorong para pendukungnya menuntut pembebasannya untuk mendapatkan perawatan medis.
Yang telah ditahan di China sejak Januari 2019, sewaktu ia tiba di Guangzhou dari New York bersama dengan istrinya dan putri angkatnya yang berusia remaja.
Yang juga diadili secara tertutup atas tuduhan spionase di Beijing pada Mei 2021 dan masih menunggu putusan vonis. [uh/ab]