Studi menunjukkan bahwa penyediaan makan siang gratis di sekolah di daerah-daerah miskin tidak hanya membuat siswa lebih sehat, tapi juga meningkatkan nilai mereka.
DAKAR —
Para pendidik di daerah-daerah miskin di dunia menghadapi kesulitan dasar dalam mengajar anak-anak karena mereka datang ke sekolah dalam keadaan lapar.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan dalam laporan 2013 mengenai penyediaan makanan di sekolah bahwa pasokan makanan dan kudapan untuk para siswa terbukti bermanfaat, namun program-program itu masih belum menjangkau anak-anak yang paling membutuhkannya. Para peneliti menemukan bahwa penyediaan makan siang gratis untuk siswa-siswa sekolah dasar di pedesaan dan tempat terpencil tidak hanya membuat mereka lebih sehat, tapi juga meningkatkan nilai ujian mereka.
Selama tahun ajaran 2009-2010, para peneliti di Senegal melakukan sebuah eksperimen. Mereka mengamati 120 sekolah dasar pedesaan di empat wilayah termiskin di negara Afrika barat itu.
Para siswa di sebagian sekolah menerima makan siang gratis setiap hari, yang terdiri dari makanan khas lokal dengan nasi, sayuran, daging ikan atau daging merah.
Murid-murid di 60 sekolah sisanya tidak mendapat makanan dalam penelitian yang dipimpin oleh Abdoulaye Diagne, direktur Konsorsium Riset Sosial Ekonomi (CRES) di Dakar.
Diagne mengatakan para siswa yang mendapat makanan memiliki ingatan dan nalar yang lebih baik. Mereka dapat belajar dan memahami pelajaran lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mendapat makan siang, ujarnya.
Nilai-nilai ujian standar juga naik rata-rata 7 poin persentase untuk Bahasa Perancis dan 8,5 poin persentase untuk matematika, menurut studi tersebut. Dampaknya jauh lebih besar untuk anak-anak perempuan dan siswa-siswa termuda.
Studi tersebut juga membandingkan nilai gizi makanan yang disediakan di sekolah dengan apa yang biasanya mereka makan di rumah, dan menemukan bahwa kondisi nutrisi anak-anak yang menerima makan siang membaik pada tahun tersebut.
WFP menyatakan bahwa sekitar US$75 miliar dana diberikan untuk program-program penyediaan makanan di sekolah tiap tahun di seluruh dunia. Sebagian besar uang ini datang dari pemerintah-pemerintah.
Namun, menurut WFP, hanya 18 persen anak-anak di negara-negara termiskin yang mendapa makanan setiap hari di sekolah, dibandingkan hampir setengah anak-anak di negara-negara berpendapatan menengah.
"Makanan di sekolah merupakan bagian yang penting dan memiliki peran besar di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Hal ini berarti, dalam praktiknya, anak-anak dapat berkonsentrasi. Mereka dapat belajar. Mereka tetap bersekolah. Mereka akan mengirim anak mereka nantinya untuk bersekolah. Anak-anak perempuan akan memiliki lebih sedikit anak jika mereka menerima makanan di sekolah dan mendapat pendidikan. Mereka akan menikah di usia yang lebih dewasa," ujar juru bicara WFP, Bettina Luescher.
"Dan ada dampak besar terhadap pertumbuhan mereka menjadi orang-orang dewasa yang kuat dan cerdas."
Luescher mengatakan bahwa program-program penyediaan makan di sekolah juga membentengi anak-anak dari krisis, seperti kekeringan, perang, atau lonjakan harga pangan.
“Makanan di sekolah adalah salah satu cara untuk membuat anak tetap bersekolah. Seringkali itu satu-satunya cara bagi keluarga-keluarga untuk dapat memberi makan anak mereka. Dan terkadang hanya makanan di sekolahlah yang anak-anak itu dapat dalam sehari," ujar Luescher.
Kendalanya adalah biaya, terutama bagi negara-negara miskin di mana biaya program penyediaan makanan seringkali lebih mahal daripada biaya sekolah tahunan.
Namun, WFP memperkirakan bahwa untuk setiap dolar yang dibelanjakan untuk makanan di sekolah, negara-negara akan mendapat imbal balik tiga dolar. Para petani lokal, misalnya, mendapat manfaat karena mereka bisa menjual produk pertaniannya ke program-program pangan sekolah, dan negara dapat membangun tenaga kerja yang lebih cerdas. (VOA/Jennifer Lazuta)
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan dalam laporan 2013 mengenai penyediaan makanan di sekolah bahwa pasokan makanan dan kudapan untuk para siswa terbukti bermanfaat, namun program-program itu masih belum menjangkau anak-anak yang paling membutuhkannya. Para peneliti menemukan bahwa penyediaan makan siang gratis untuk siswa-siswa sekolah dasar di pedesaan dan tempat terpencil tidak hanya membuat mereka lebih sehat, tapi juga meningkatkan nilai ujian mereka.
Selama tahun ajaran 2009-2010, para peneliti di Senegal melakukan sebuah eksperimen. Mereka mengamati 120 sekolah dasar pedesaan di empat wilayah termiskin di negara Afrika barat itu.
Para siswa di sebagian sekolah menerima makan siang gratis setiap hari, yang terdiri dari makanan khas lokal dengan nasi, sayuran, daging ikan atau daging merah.
Murid-murid di 60 sekolah sisanya tidak mendapat makanan dalam penelitian yang dipimpin oleh Abdoulaye Diagne, direktur Konsorsium Riset Sosial Ekonomi (CRES) di Dakar.
Diagne mengatakan para siswa yang mendapat makanan memiliki ingatan dan nalar yang lebih baik. Mereka dapat belajar dan memahami pelajaran lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mendapat makan siang, ujarnya.
Nilai-nilai ujian standar juga naik rata-rata 7 poin persentase untuk Bahasa Perancis dan 8,5 poin persentase untuk matematika, menurut studi tersebut. Dampaknya jauh lebih besar untuk anak-anak perempuan dan siswa-siswa termuda.
Studi tersebut juga membandingkan nilai gizi makanan yang disediakan di sekolah dengan apa yang biasanya mereka makan di rumah, dan menemukan bahwa kondisi nutrisi anak-anak yang menerima makan siang membaik pada tahun tersebut.
WFP menyatakan bahwa sekitar US$75 miliar dana diberikan untuk program-program penyediaan makanan di sekolah tiap tahun di seluruh dunia. Sebagian besar uang ini datang dari pemerintah-pemerintah.
Namun, menurut WFP, hanya 18 persen anak-anak di negara-negara termiskin yang mendapa makanan setiap hari di sekolah, dibandingkan hampir setengah anak-anak di negara-negara berpendapatan menengah.
"Makanan di sekolah merupakan bagian yang penting dan memiliki peran besar di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Hal ini berarti, dalam praktiknya, anak-anak dapat berkonsentrasi. Mereka dapat belajar. Mereka tetap bersekolah. Mereka akan mengirim anak mereka nantinya untuk bersekolah. Anak-anak perempuan akan memiliki lebih sedikit anak jika mereka menerima makanan di sekolah dan mendapat pendidikan. Mereka akan menikah di usia yang lebih dewasa," ujar juru bicara WFP, Bettina Luescher.
"Dan ada dampak besar terhadap pertumbuhan mereka menjadi orang-orang dewasa yang kuat dan cerdas."
Luescher mengatakan bahwa program-program penyediaan makan di sekolah juga membentengi anak-anak dari krisis, seperti kekeringan, perang, atau lonjakan harga pangan.
“Makanan di sekolah adalah salah satu cara untuk membuat anak tetap bersekolah. Seringkali itu satu-satunya cara bagi keluarga-keluarga untuk dapat memberi makan anak mereka. Dan terkadang hanya makanan di sekolahlah yang anak-anak itu dapat dalam sehari," ujar Luescher.
Kendalanya adalah biaya, terutama bagi negara-negara miskin di mana biaya program penyediaan makanan seringkali lebih mahal daripada biaya sekolah tahunan.
Namun, WFP memperkirakan bahwa untuk setiap dolar yang dibelanjakan untuk makanan di sekolah, negara-negara akan mendapat imbal balik tiga dolar. Para petani lokal, misalnya, mendapat manfaat karena mereka bisa menjual produk pertaniannya ke program-program pangan sekolah, dan negara dapat membangun tenaga kerja yang lebih cerdas. (VOA/Jennifer Lazuta)