WN Asing di Myanmar Sesali Kudeta Aung Saan Suu Kyi

Warga Myanmar memegang foto pemimpin Aung San Suu Kyi setelah militer merebut kekuasaan dalam kudeta di Myanmar,2 Februari 2021. (Foto: REUTERS/Jorge Silva)

“Senin itu adalah hari ulang tahun saya, dan pasangan saya membangunkan saya dan katanya, Suu Kyi telah ditahan, militer mengambil alih, dan hal pertama yang terjadi pada diri saya adalah saya menangis,” kata Shona Cannon, seorang warga negara Inggris yang mengajar di Yangon selama hampir dua tahun.

Senin (1/2) pagi, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, anggota-anggota kabinetnya, pemimpin mahasiswa, bhiku, blogger, penulis, dan pembangkang ditangkap oleh pemimpin militer negara itu menyusul tuduhan kecurangan dalam pemilihan November tahun lalu. Pemilihan itu dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi, NLD, dan hasilnya tidak diterima oleh pihak militer.

Sejumlah ekspatriat dan penduduk setempat yang tinggal di Yangon telah berbicara kepada VOA tentang reaksi mereka terhadap kudeta itu. Beberapa menggunakan nama samaran karena takut akan ada penindakan oleh militer.

BACA JUGA: Demonstran Myanmar Gelar Aksi Protes Lebih Berani

“Apa yang terjadi masih belum bisa saya terima, saya merasa saya kenal banyak orang disini, saya punya banyak sahabat orang Birma, dan hati saya hancur mengingat mereka,” kata Cannon.

Menurut Cannon, semua teman-temannya mendukung NLD, dan dia menyaksikan orang-orang berkampanye tanpa mengenal letih guna memastikan partai mereka menang pada November.

“Banyak dari mahasiswa saya ikut ambil bagian dalam gerakan pembangkangan sipil,” katanya, mengacu kepada kampanye pro demokrasi yang melibatkan demonstrasi melibatkan kepatuhan penjagaan jarak sosial, pemogokan, dan boikot sebagai tanggapan atas kudeta itu.

“Saya punya murid yang menjadi dokter, juru rawat, dan insinyur,” katanya. “Kami mendengar pemukulan panci-panci pada malam hari; semua orang merasa terpukul, dan hancur hatinya.” [jm/pp]