Ketika China menyelesaikan pembangunan pos-pos militer terdepan di Laut China Selatan, perundingan Beijing dengan negara-negara Asia Tenggara mengenai sebuah tata perilaku yang mengikat, meraih momentum.
Namun para pejabat dan pakar AS memperingatkan, mengikutkan China dalam rancangan tata perilaku Laut China Selatan bisa membuat Amerika dan China berselisih. Teks dari rancangan itu juga menunjukkan bahwa perpecahan yang mendalam masih tetap ada di antara negara yang mengajukan klaim.
Salah satu ketentuan yang diajukan China dalam teks itu menyatakan, "Pihak-pihak tidak akan mengadakan latihan militer bersama dengan negara-negara dari luar kawasan, kecuali pihak-pihak yang terkait diberitahu sebelumnya dan menyatakan tidak keberatan."
China juga mengusulkan kerjasama bidang ekonomi kelautan "tidak akan dilakukan dengan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan dari negara-negara di luar kawasan."
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan kepada VOA bahwa Amerika Serikat prihatin dengan laporan bahwa China telah menekan anggota ASEAN (Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara) "dalam pembicaraan tertutup, untuk menerima pembatasan pada kemampuan mereka untuk melakukan latihan dengan mitra keamanan, dan setuju tidak akan melakukan eksplorasi minyak dan gas di perairan yang mereka diklaim dengan perusahaan-perusahaan energi yang berbasis di negara-negara yang bukan bagian dari negosiasi yang sedang berlangsung". (ps/al)