Seorang pakar PBB tentang Myanmar, Selasa (6/11), mendesak Bangladesh untuk membatalkan rencana repatriasi pengungsi Rohingya ke Rakhine bulan ini guna menghindari penganiayaan.
Hampir tiga perempat juta orang Rohingya melarikan diri dari Rakhine pada Agustus 2017 ketika terjadi penumpasan oleh militer. Setelah diberitakan pembunuhan, perkosaan, dan pembakaran desa-desa, warga Rohingya akhirnya ditampung di kamp-kamp di Bangladesh.
Kedua negara sepakat pada 30 Oktober untuk memulangkan pengungsi Rohingya ke Rakhine pada pertengahan November, tetapi pelapor khusus PBB untuk HAM di Myanmar, Yanghee Lee, mengatakan waktunya tidak tepat untuk memulangkan mereka.
“Pemerintah Myanmar gagal memberi jaminan mereka tidak akan dihadapkan pada pengulangan penganiayaan dan kekerasan mengerikan itu,” kata Lee dalam sebuah pernyataan.
Lee menambahkan sebab-sebab yang mendasari krisis ini harus ditanggapi dulu, termasuk hak kewarganegaraan.
Peringatan Lee itu menyusul pengakuan Facebook bahwa jejaring media sosial itu berperan dalam genosida terhadap orang-orang Rohingya.
Agustus lalu, penyelidik PBB menuduh Facebook lamban dan tidak efektif dalam mengatasi pemanfaatan platformnya untuk menyebarkan kebencian di kalangan populasi pemeluk Buddha Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Karena itu “Facebook menyumbang pada penyelenggaraan kejahatan keji itu,” kata penyelidik.[jm]