Lebih dari 250 kilogram sampah organik dan unorganik dikumpulkan dalam aksi pembersihan yang dilakukan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, bersama sejumlah instansi terkait serta masyarakat pecinta lingkungan di Taman Wisata Alam (TWA) Tretes di Pasuruan. Selain itu, sebelumnya juga dilakukan pembersihan di Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, dan Danau Kastoba di Cagar Alam Pulau Bawaian.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, Diah Susilowati mengatakan, volume sampah di Indonesia termasuk di Jawa Timur terus meningkat, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Tidak hanya sampah di perkotaan, laut maupun sungai yang meningkat, sampah juga mulai bertambah di tempat wisata alam yang ada di hutan atau gunung.
“Dengan jumlah penduduk yang semakin tinggi dan konsumtif, di semua ekosistem yang ada seperti laut, hutan, gunung, termasuk sungai, sekarang itu ternyata penuh sampah. Nah, kita tidak memungkiri bahwa itu mungkin karena kesadaran masyarakatnya atau juga karena kiriman-kiriman. Memang namanya habit masyarakat itu, kadang kebiasaanya sudah bersih dikotori lago, bersih dikotori lagi. Kita tidak bisa sekali, namanya gerakan itu ya harus sering, terus menerus, kontinyu, nah nanti dengan kontinyuitas ini akan dievaluasi dalam setahun, kira-kira kesadaran mereka seperti apa, harus diciptakan itu,” ungkap Diah Susilowati kepada VOA.
Taman Wisata Alam (TWA) Kawan Ijen di Bondowoso dan Banyuwangi, menjadi salah satu tempat wisata alam yang paling banyak dikunjungi. Selain mendatangkan pendapatan bagi negara atau daerah, kunjungan wisatawan ini juga meninggalkan sampah di atas gunung atau taman wisata alam Kawah Ijen.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur, Nandang Prihadi mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan hari wajib bersih kawasan di Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Pada hari Jumat pertama setiap bulan, kawasan Kawah Ijen akan ditutup untuk memberikan kesempatan melakukan pembersihan dan pemulihan ekosistem.
“Ya yang banyak pengunjungnya itu yang di TWA (Taman Wisata Alam) Kawah Ijen, tapi itu kita sudah bersihkan kemarin pas tanggal 1 Maret. Rata-rata sampah kebanyakan kan sampah botol minuman itu ya. Ijen lumayan kemarin, kita dapat satu pick-up itu yang sengaja kita lengkapi dengan mobilnya dan sebagainya, dan itu program rutin nanti kalau di Ijen tiap bulan, tiap hari Jumat pertama setiap bulannya. Jadi kita tutup kunjungan, sekaligus memberikan kesempatan ke kawasan untuk bernapas, juga di kesempatan itulah kita melakukan bersih-bersih kawasan,” kata Nandang Prihadi.
Persoalan sampah di gunung juga menjadi perhatian serius kelompok anak muda yang fokus pada edukasi dan aksi bersih gunung dari sampah. Dituturkan oleh Saiful Rizal selaku Ketua Trashbag Community Jawa Timur, pengunjung atau wisatawan obyek wisata alam seperti hutan dan gunung harus memiliki pemahaman mengenai pentingnya menjaga kebersihan, sebelum melakukan pendakian atau kunjungan wisata. Kurangnya kesadaran dengan membuang sampah di gunung, harus diperbaiki melalui edukasi serta pengetatan peraturan mengenai sampah yang dihasilkan pengunjung obyek wisata alam.
“Kalau penanggungan paling banyak itu di puncak banyangan, tempat istirahatnya para pendaki mendirikan tenda, malamnya ke puncak. Di situ banyak tissue dan botol air mineral dibuang di semak-semak, sama puntung rokok. Kalau di jalur itu biasanya di sekitar pos 1, sekitar pos 2, 3 dan 4. Kalau sarana dan prasarana yang ada itu, peringatan seperti jangan buang sampah di sini masih ada di gunung, cuma edukasi, pengingatan tentang ketika ada wisatawan atau mau mendaki gunung, atau mengunjungi tempat wisata itu, kurang pengawasan atau masih belum diterapkan seperti di Semeru. Jadi ketika dia masuk ke suatu kawasan membawa barang yang dapat menimbulkan sampah, itu waktu balik harus dicek,” terang Saiful Rizal.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Dewi Juniar Putriatni menambahkan, perlu waktu dan kesabaran untuk mendidik masyarakat mengenai arti penting menjaga kebersihan dengan tidak menghasilkan sampah. Sarana prasarana telah ada dan disiapkan oleh pemerintah atau pengelola, namun kesadaran masyarakat ikut menentukan terbebasnya gunung dan obyek wisata alam kita dari ancaman dan bahaya sampah.
“Memang perlu proses edukasi kepada masyarakat ya. Di Tahura Raden Soerjo itu meskipun sudah disediakan tempat sampah, kemudian dikasi halo-halo (pengeras suara) buanglah sampah pada tempatnya, kemudian ada tulisan-tulisan buanglah sampah pada tempatnya, tapi memang pengunjung itu tidak selalu disiplin, perlu waktu untuk mengedukasi masyarakat,” ujar Dewi. (pr/em)