Komandan Satgas Citarum Ridwan Kamil meminta tambahan dana Rp 640 miliar kepada pemerintah pusat untuk membersihkan Citarum. Dana itu digunakan untuk operasional pembersihan sampah, pembelian alat berat dan mesin sampah, serta pembelian lahan danau retensi.
Pria yang juga Gubernur Jawa Barat ini sudah mengajukan dana tersebut setidaknya sejak November 2018. Dia menyebut, pemerintah melalui Menko Maritim Luhut Pandjaitan akan mencairkan uang anggaran itu pada Maret.
“Janji pak Luhut katanya 2 minggu lagi. Saya aminkan,” jelasnya kepada media usai lokakarya penguatan hukum DAS Citarum, di Bandung, Jumat (15/2/2019) siang.
Kata pria yang akrab disapa Emil ini, dana Rp 640 miliar itu setengahnya akan diserahkan kepada TNI yang bertugas untuk melakukan pemulihan ekosistem. Sejak program dimulai pada 2018, tentara dan warga setempat telah mengangkut 80 ribu ton sampah dan endapan dari Sungai Citarum. Kerjasama militer-warga ini juga telah menanam 1,4 juta pohon “bernilai ekonomis dan ekologis” di kawasan hulu dari total target 125 juta pohon.
Pada 2018, pemulihan ekosistem sudah berlangsung di 13 sektor dan sisa 10 sektor akan digarap mulai 2019.
Sebagian dana juga akan digunakan untuk membuat danau retensi karena danau yang ada masih kurang kapasitasnya.
Petugas Lapangan Betul-Betul Menantikan 600 Miliar
Anggaran memang menjadi tantangan bagi para komandan sektor yang memimpin operasi di lapangan. Sejumlah sektor harus melakukan improvisasi di tengah keterbatasan dana. Misalnya dengan meminjam eskavator untuk melakukan normalisasi aliran sungai.
“Di sektor kami, permasalahan yang pertama banjir. Kami sudah berkolaborasi dengan PT. Pindad dengan meminjam alat eskavator yang buatan Pindad. Sudah 500 meter dengan lebar 20 meter dan kedalaman 5 meter. Sehingga berpengaruh terhadap banjir yang biasanya 2 minggu, 2 hari sudah clear,” jelas salah satu dansektor dalam kesempatan yang sama.
Pemprov Jawa Barat telah menganggarkan pembelian 10-12 eskavator untuk program Citarum Harum. Namun pembeliannya masih menunggu pencairan dana.
“Kalau itu uangnya turun, saya beli. Kalau sudah saya beli, saya kasih ke dansektor, bersama seluruh dana operasionalnya. Sehingga bapak tidak perlu ketuk pintu pinjam-pinjam lagi,” jelas Emil lagi.
Emil telah bertemu Luhut Panjaitan di Jakarta, Kamis (14/2/2019), untuk mengundangnya ke Citarum Expo sekaligus menagih dana segar. Seusai pertemuan tersebut, Emil meyakinkan dana akan turun dalam dua pekan. Namun dia justru enggan menyebut nominal uangnya.
“Belum ada kabar. Nanti kamu tanya ke pak Luhut ya. (600 miliar) Itu mah masih ceunah (katanya.red). Kalau sudah cair saya kabari,” pungkasnya kepada jurnalis.
Ridwan Kamil Usulkan Citarum Jadi Wilayah Khusus
Di samping anggaran, kendala koordinasi juga menjadi tantangan. Komandan sektor lainnya mengungkapkan, pemerintah daerah kurang mendukung program “Citarum Harum” di lapangan. Padahal perlu berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk meminjam truk-truk pengangkut sampah.
“Kami berada di kabupaten dan kota. Tapi selama ini mungkin ada kurang dari pemerintah kabupaten. Jadi mohon diingatkan untuk para bupati dan jajarannya untuk lebih ikut bersama-sama terjun bersama kami,” ungkapnya kepada gubernur.
Sungai Citarum sepanjang 269 kilometer ini melalui 13 kabupaten/kota di Jawa Barat. Emil mengakui kesulitan koordinasi itu dan karenanya mengusulkan wilayah administrasi khusus DAS Citarum. Dengan begitu, ujarnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bisa mengambil keputusan eksekutif.
“Contohnya, nanti perusahaan pengangkut sampahnya itu nggak lagi telepon kabupaten atau kota Bandung. Enggak. Kita akan ada dinas kebersihan sepanjang Citarum sendiri Jadi punya truk sendiri, bayar gaji sendiri, mengangkut sampah sendiri. Nggak usah minjam-pinjam,” tambahnya.
Sungai Citarum didaulat sebagai salah satu tempat paling tercemar di dunia pada 2013 versi Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute. Sungai ini ada di posisi tiga, hanya kalah dari Agbogbloshie, gunung sampah elektronik di Ghana, dan Chernobyl, kota yang mati akibat radiasi nuklir di Uni Soviet. [rt/em]