Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Rabu (11/3) menetapkan wabah virus corona sebagai pandemi dan memperingatkan bahwa situasi akan lebih buruk. Dirjen WHO memperkirakan jumlah penderita, jumlah kematian, dan jumlah negara yang terimbas COVID-19 akan lebih banyak.
Pemerintah di seluruh dunia berusaha mengambil langkah-langkah untuk mengatasi wabah virus corona yang menyebar luas,yang sejak Desember, telah menular ke lebih dari 125 ribu orang dan menewaskan sekitar 4.600 orang di 114 negara.
Dirjen Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan organisasinya telah "membunyikan bel alarm dengan keras dan jelas," dan bahwa negara-negara "masih bisa mengubah arah pandemi."
"Karena itu, kami menilai bahwa COVID-19 bisa dikategorikan sebagai pandemi. Pandemi bukanlah kata yang digunakan dengan enteng atau gegabah. Ini adalah kata yang jika disalahgunakan bisa menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal atau penerimaan yang tidak bisa dibenarkan bahwa pertarungan itu menyebabkan penderitaan dan kematian yang tidak perlu," kata Tedros.
Ia menambahkan, 90% dari semua penderita virus corona terbatas pada empat negara, dan epidemi di dua negara di antaranya, China dan Korea Selatan, "menurun secara signifikan."
"Meskipun ini adalah virus corona pertama yang diberi label pandemi, kami percaya bahwa ini akan menjadi pandemi pertama yang bisa diatasi atau dikendalikan," tambahnya.
Penyakit itu, yang secara resmi dikenal sebagai COVID-19, pertama kali muncul di China, tempat para pejabat kesehatan hari Rabu melaporkan 24 kasus baru.
Walaupun terjadi penurunan dari puncak wabah di China, negara itu, di mana pemerintahnya menerapkan larangan keluar masuk kota-kota guna mencegah penyebaran antar-komunitas, kini menghadapi kenaikan jumlah kasus yang datang dari negara lain. Itu mendorong pejabat di China memerintahkan siapa pun yang datang dari luar negeri agar mengkarantina diri 14 hari.
Italia meniru langkah China setelah menjadi pusat wabah kedua, dengan lebih dari 10 ribu penderita dilaporkan sejauh ini dan penderita di banyak negara lain terkait dengan orang-orang yang kembali dari Italia.
Orang Italia menjalani larangan nasional keluar masuk negara itu hari Rabu. Orang hanya boleh keluar rumah dengan alasan kesehatan yang gawat dan pekerjaan.
Ancaman virus corona hari Rabu mendorong Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan, hingga 70% populasi Jerman pada akhirnya mungkin tertular jika kondisi saat ini berlanjut. Hampir 1.300 orang telah tertular sejauh ini di Jerman, dan dua meninggal.
Pejabat-pejabat Amerika semakin prihatin sementara jumlah kasus di negara ini melampaui 1.000.
Ketika ditanya dalam sidang Kongres hari Rabu apakah wabah terburuk akan terjadi, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Amerika Anthony Fauci menjawab, "Saya bisa mengatakan kita akan melihat lebih banyak penderita, dan keadaan akan menjadi lebih buruk daripada sekarang."
Departemen Keuangan Amerika dilaporkan mempertimbangkan perpanjangan tenggat pelaporan pajak dari 15 April, sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk memberi bantuan keuangan kepada pembayar pajak dan bisnis.
Rekomendasi agar tidak menghadiri pertemuan massal telah menyebabkan banyak pembatalan acara di seluruh dunia.
Pertandingan Liga Primer antara klub sepak bola Inggris Manchester City dan Arsenal yang dijadwalkan Rabu malam ditunda setelah beberapa pemain dan staf Arsenal mengkarantina diri karena pernah kontak dengan pemilik klub lain yang dinyatakan positif tertular virus tersebut. [ka/ii]