Dirjen Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus hari Senin (20/4) memperingatkan, pandemi virus corona masih jauh dari selesai, sementara beberapa negara dengan hati-hati mulai melonggarkan pembatasan.
"Percayalah. Yang terburuk masih akan terjadi,” ujar Dirjen WHO.
Ia membandingkan wabah virus corona, yang menulari hampir 2,5 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 167 ribu, dengan flu Spanyol yang mewabah pada tahun 1918 dan menewaskan hingga 100 juta. Tetapi, ia mengatakan, korban yang mengerikan tidak harus terjadi.
Beberapa negara mulai melonggarkan pembatasan pada Senin.
Tedros mengatakan ia "senang" negara-negara berencana melonggarkan pembatasan sosial, tetapi mengingatkan "penting bahwa langkah-langkah itu dilakukan secara bertahap."
Ia juga membela WHO terhadap tuduhan Presiden Donald Trump bahwa badan itu gagal memberikan informasi yang cukup dan transparan tentang Covid-19 ketika pertama kali merebak di China pada Desember lalu.
Trump telah menangguhkan anggaran Amerika bagi WHO. Amerika merupakan donatur tunggal terbesar bagi badan itu.
“Tidak ada rahasia di WHO karena menjadikan hal-hal ini sebagai rahasia atau tertutup merupakan hal yang berbahaya. Ini isu kesehatan,” tegas Tedros.
Sementara itu, seperti dijanjikan, Jerman pada Senin mengizinkan usaha kecil dan toko dibuka kembali, sementara pemerintah dan pejabat kesehatan akan memantau setiap perubahan dalam tingkat penularan COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona.
Toko-toko dengan luas tidak lebih dari 800 meter persegi diizinkan beroperasi lagi. Namun, pedoman social distancing tetap berlaku, dan setidaknya satu wilayah - negara bagian Saxony timur - mengharuskan warga mengenakan masker ketika berada di toko dan angkutan umum.
Kepada wartawan, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan, mereka akan mengawasi tingkat penularan dengan sangat hati-hati dan mengevaluasi situasi dalam dua pekan. Ia menambahkan, jika dibutuhkan, Jerman akan secepat mungkin "memutuskan rantai penularan."
Kanselir Angela Merkel mendesak orang agar tidak melupakan aturan untuk menjaga jarak. [ka/em/ii]