Militer Filipina, Kamis (25/3), mengerahkan lebih banyak kapal angkatan lautnya untuk melakukan patroli kedaulatan di Laut China Selatan, di mana sebuah armada kapal-kapal China berkerumun di sekitar kawasan terumbu karang yang disengketakan dan mengabaikan permintaan Manila untuk meninggalkan kawasan tersebut.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana telah meminta sekitar 200 kapal China yang ia gambarkan sebagai kapal milisi untuk segera meninggalkan Whitsun Reef, wilayah karang dangkal sekitar 324 kilometer dari sebelah barat kota Bataraza di provinsi Palawan, Filipina Barat. China mengabaikan seruan itu, dan bersikeras menyatakan bahwa mereka memiliki wilayah lepas pantai itu dan bahwa kapal-kapal tersebut sedang berlindung dari laut yang ganas.
Panglima militer Jenderal Cirilito Sobejana memerintahkan pengerahan kapal angkatan laut tambahan untuk memperkuat patroli kedaulatan maritim negara itu di perairan yang disengketakan, kata militer, Kamis (25/3).
Tidak disebutkan seberapa dekat kapal-kapal Angkatan Laut Filipina akan bermanuver dari kapal-kapal China itu, yang kehadiran mereka oleh Lorenzana disebut sebagai serangan dan tindakan provokatif untuk memiliterisasi wilayah perairan tersebut.
“Dengan meningkatnya kehadiran angkatan laut di wilayah tersebut, kami berusaha untuk meyakinkan rakyat kami mengenai komitmen yang kuat dan teguh Angkatan Bersenjata Filipina untuk melindungi dan membela mereka dari tindakan pelecehan dan memastikan bahwa mereka dapat menikmati hak-hak mereka atas wilayah penangkapan ikan yang kaya di negara ini,'' kata Juru Bicara Militer Mayjen Edgard Arevalo dalam sebuah pernyataannya.
Amerika Serikat mengatakan pada Selasa bahwa mereka mendukung Filipina dalam perseteruan baru dengan Beijing dan menuduh China menggunakan milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara-negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan itu.
Filipina telah mengajukan protes diplomatik tetapi China bersikeras bahwa mereka memiliki kawasan terumbu karang yang mereka sebut Niue Jiao itu. China juga mengatakan bahwa kapal-kapal China tersebut berkumpul di kawasan itu untuk menghindari laut yang ganas.
Amerika Serikat membantah pernyataan China dengan mengatakan bahwa kapal-kapal China itu telah berlabuh di kawasan itu selama berbulan-bulan dengan jumlah yang terus meningkat, terlepas dari cuacanya.
Beijing membantah kapal-kapal itu adalah milisi maritim. “Setiap spekulasi semacam itu tidak membantu apa-apa selain menimbulkan kemarahan, '' kata Kedutaan Besar China, Senin.
Pemerintah Filipina mengatakan bahwa kawasan terumbu karang itu berada dalam zona ekonomi eksklusif negara itu yang diakui secara internasional.
China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei telah terlibat dalam ketegangan teritorial di Laut China Selatan yang kaya sumber daya alam selama puluhan tahun. [ab/uh]