Para pemimpin negara-negara G20 di Roma sepakat untuk bekerja keras mencapai netralitas karbon “selambat-lambatnya pada pertengahan abad ini” dan berjanji untuk mengakhiri pembiayaan bagi pembangkit batu bara di luar negeri pada akhir tahun 2021 ini. Namun mereka gagal menyepakati penghapusan penggunaan batu bara secara bertahap di dalam negeri.
Menanggapi kesepakatan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mencuit di akun media sosial Twitter miliknya, “meskipun saya menyambut komitmen negara-negara #G20 untuk solusi global, ada beberapa harapan saya yang tidak tercapai ketika meninggalkan Roma – tetapi setidaknya harapan itu tidak terkubur.”
Komunike akhir ini dikeluarkan pada Minggu (31/10) di akhir konferensi tingkat tinggi (KTT) yang berlangsung selama dua hari, dan menjelang pertemuan yang lebih luas di KTT Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP26 di Glasgow, Skotlandia.
Para pemimpin di Roma sepakat membahas upaya untuk mencapai tujuan pembatasan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius, sejalan dengan komitmen global yang dibuat pada 2015 dalam KTT Iklim di Paris. Dalam Perjanjian Iklim Paris itu disepakati untuk menjaga pemanasan global “jauh di bawah” dua derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dan sebaiknya hingga 1,5 derajat Celsius.
“Kami menyadari bahwa dampak perubahan iklim pada 1,5 derajat Celsius lebih rendah daripada 2 derajat Celsius. Menjaga 1,5 derajat Celsius akan membutuhkkan langkah-langkah dan komitmen yang bermakna dan efektif dari semua negara," menurut komunike tersebut seperti dilaporkan oleh kantor berita Reuters melaporkan petikan komunike itu.
Biden: Kita Fokus Lakukan Apa Yang Tidak Dilakukan China, Rusia & Arab Saudi
Berbicara dalam konferensi pers di Roma, pada Minggu (31/10), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan meskipun orang-orang kecewa pada pemimpin Rusia dan China yang “tidak menunjukkan” komitmen tentang perubahan iklim, para pemimpin yang datang menunjukkan “kemajuan signifikan.”
"Saya kira kita akan melihat kemajuan signifikan dan banyak hal lain yang harus dilakukan,” ujar Biden sambil menggarisbawahi bahwa “hal ini mengharuskan kita untuk tetap fokus pada apa yang tidak dilakukan oleh China, Rusia dan Arab Saudi.”
Kelompok 19 negara dan Uni Eropa itu menyumbang lebih dari tiga per empat emisi gas rumah kaca dunia.
Dua puluh empat negara bulan ini bergabung dengan upaya yang dipimpin Amerika dan Uni Eropa untuk memangkas emisi metana hingga 30 persen dari tingkat 2020, pada 2030 nanti.
Namun, batubara adalah titik pertikaian yang lebih sengit. India dan China – yang juga merupakan anggota G20 – menolak upaya untuk menghasilkan deklarasi tentang penghentian konsumsi batu bara domestik secara bertahap.
Pembiayaan iklim, yaitu janji negara-negara kaya untuk menyediakan $100 miliar per tahun dalam pembiayaan iklim untuk mendukung upaya negara-negara berkembang mengurangi emisi dan dampak perubahan iklim, merupakan perhatian utama lain.
Indonesia, sebagai penghasil gas rumah kaca yang besar dan akan mengambil alih kursi kepresidenan G20 pada Desember nanti, mendesak negara-negara maju untuk memenuhi komitmen pembiayaan mereka, baik di Roma maupun di Glasgow.
Amerika dan Uni Eropa Akhiri Tarif Baja Era Trump
Amerika dan Uni Eropa pada hari Minggu juga mengumumkan berakhirnya tarif era Trump terhadap baja Uni Eropa, menyelesaikan perselisihan yang membuat blok itu melakukan pembalasan dengan mengenakan tarif pada produk-produk Amerika, termasuk whiski dan kapal listrik.
“Bersama-sama Amerika dan Uni Eropa mengantarkan era baru kerjasama trans-Atlantik yang akan menguntungkan semua rakyat kita sekarang, dan saya percaya (hal ini juga akan terjadi) di tahun-tahun mendatang,” ujar Biden kepada wartawan di sela-sela KTT G20.
Krisis Rantai Pasokan Global
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan melangsungkan pertemuan di sela-sela KTT itu untuk menyampaikan krisis rantai pasokan global. Kelompok negara-negara G20 itu menyumbang lebih dari 80 persen PDB dunia dan 75 persen dari perdagangan global.
“Presiden akan menyampaikan pengumuman tentang apa yang akan dilakukan AS, khususnya terkait persediaan, untuk meningkatkan kapasitas AS memiliki persediaan yang modern dan efektif, serta mampu dan fleksibel,” ujar Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan kepada VOA di atas pesawat kepresidenan Air Force One, dalam perjalanan ke Roma, Kamis lalu (28/10).
“Kami bekerja menuju tercapainya kesepakatan dengan negara-negara lain tentang serangkaian prinsip dan parameter seputar bagaimana kami secara kolektif dapat mengelola dan menciptakan rantai pasokan yang tangguh di masa depan," ujarnya.
Mengatasi gangguan perdatangan global telah menjadi fokus utama pemerintahan Biden, yang khawatir hal ini akan menghambat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Untuk mengatasi masalah rantai pasokan di AS sendiri, Biden awal Oktober mengumumkan rencana untuk memperpanjang operasi sepanjang waktu – tujuh hari seminggu – di Los Angeles dan Long Beach, dua pelabuhan utama yang menyumbang 40 persen angkutan laut yang masuk ke AS. [em/jm]