Menteri Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memprediksi gelombang varian baru COVID-19 omicron akan terjadi dalan kurun waktu Februari-Maret mendatang.
Hal ini terlihat dari kasus harian COVID-19 yang terus meningkat hingga menyentuh level 1.054 kasus pada Sabtu (15/1). Dari data itu menunjukkan bahwa kasus varian omicron sudah didominasi oleh transmisi lokal dibandingkan dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Dan DKI Jakarta, diperkirakan akan menjadi pusat perebakan varian tersebut dalam waktu dekat.
“Berkaca dari negara lain, gelombang omicron dapat meningkat dengan cepat. Berdasarkan prediksi yang kami lakukan, peningkatan kasus berpotensi lebih tinggi di DKI Jakarta, jika kita semua tidak hati-hati. Jadi kita semua bertanggung jawab. Ini adalah alarm bagi kita untuk kembali lebih awas dalam memasuki varian baru COVID-19,” ungkap Luhut usai Ratas Evaluasi PPKM, di Jakarta, Minggu (16/1).
Selain DKI, varian omicron juga diprediksi akan mengalami peningkatan di beberapa provinsi yang termasuk ke dalam wilayah aglomerasi, seperti Banten dan Jawa Barat, mengingat mobilitas masyarakat yang sudah mendekati normal.
Meski dibayangi risiko ledakan kasus akibat omicron, pemerintah masih akan memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat melalui kebijakan PPKM per level, sesuai dengan penilaian dari wilayah masing-masing.
Luhut menginstruksikan kepada seluruh kepala daerah untuk terus menggenjot vaksinasi COVID-19, utamanya dosis pertama dan kedua, pada kelompok rentan, agar bisa segera dilanjutkan pemberian vaksinasi booster atau penguat.
Selain itu, Luhut meminta kepada para pemimpin perusahaan untuk kembali memperhitungkan opsi bekerja dari rumah atau working from home (WFH) untuk meminimalisir terjadinya penularan.
“Sesuai arahan Presiden, meski kita tetap mengikuti level PPKM berdasarkan assesement yang ada. Tidak ada salahnya kita mulai membatasi dan menahan mobilitas ke luar rumah. Sama halnya dengan perkantoran, jika opsi WFH masih tetap mencapai tingkat produktivitas, kita serahkan pada pimpinan masing-masing untuk melakukan assetment sendiri, tapi saya mengimbau opsi tersebut bisa diambil. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menjaga agar kasus tetap terkendali," katanya.
"Selain itu Presiden minta agar seluruh masyarakat dapat membatasi diri untuk bepergian ke luar negeri, hanya kalau betul-betul perlu saja. Dan pejabat-pejabat pemerintah malah sudah dilarang untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri untuk tiga minggu ke depan,” lanjut Luhut.
Vaksinasi Booster di Jabodetabek Dipercepat
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan berdasarkan dari pengalaman negara lain, puncak kasus varian omicron berjalan dengan sangat cepat dan tinggi yakni dalam kurun waktu 35-65 hari.
“Jadi, tergantung kita melihatnya dari mana, Indonesia pertama kali teridentifikasi pertengahan Desember, tapi kasus kita mulai naik di awal Januari. Nah antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan kasus yang cukup cepat dan tinggi. Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat,” ungkap Budi.
Meski begitu, kata Budi, penderita omicron yang dirawat di rumah sakit cenderung lebih rendah 30-40 persen dibanding varian delta.
“Sampai sekarang sudah lebih dari 500 orang terkena omicron yang dirawat di rumah sakit, dan yang pulang sudah 300-an, yang butuh oksigen hanya tiga, dan itupun masuk kategori ringan, jadi tidak perlu sampai ventilator, masih oksigen biasa, dan dari tiga orang itu dua diantaranya sudah sembuh,” jelasnya.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa Ibu Kota Jakarta akan menjadi medan perang pertama dalam menghadapi perebakan omicron. Pasalnya sudah terjadi lebih dari 90 persen transmisi lokal varian tersebut.
Pemerintah pun, katanya, bergegas akan memperkuat strategi pengendalian pandemi, termasuk memperkuat testing dan tracing, menegakkan protokol kesehatan, termasuk mempercepat vaksinasi dosis ketiga bagi masyarakat yang tinggal di Jabodetabek.
“Jalankan saja yang normal yang sekarang sudah dijalankan, tapi hindari kerumunan. Disarankan tidak usah ke luar negeri, perjalanan luar kota juga kalau bisa kurangi, karena itu akan mengurangi laju penularan dari omicron yang akan naik sangat tinggi dan sangat cepat di Jabodetabek dalam beberapa waktu ke depan ini. Semua rakyat Jabodetabek akan dipercepat vaksinasi boosternya. Sehingga mereka siap kalau nanti gelombang omicron naik secara cepat dan tinggi,” jelasnya.
'Silent Outbreak'
Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan potensi kasus infeksi varian omicron akan lebih tinggi dari varian delta. Namun, pemerintah akan menghadapi persoalan yang lebih kompleks, pasalnya 90 persen pasien omicron akan menderita gejala ringan hingga tanpa gejala sama sekali.
Akibatnya, ujar Dicky, akan banyak kasus di masyarakat yang tidak tedeteksi. Hal ini, diperparah dengan kemampuan testing dan tracing dari pemerintah yang sudah terbukti lemah dalam dua gelombang sebelumnya.
Oleh karena itu menurutnya pemerintah harus mempercepat cakupan vaksinasi dosis pertama, kedua dan booster agar risiko keparahan, kematian dan long COVID bisa ditekan semaksimal mungkin. Ia juga berharap, pemerintah dapat memperkuat kemampuan testing, tracing serta memperbanyak tempat isolasi karantina agar kasus tidak semakin meluas.
“Artinya silent outbreak ini sulit untuk kita hindari karena keterbatasan testing dan tracing dan literasi yang juga terbatas dari masyarakat, sehingga yang bisa kita lakukan adalah kejar cakupan vaksinasi, upayakan semampu mungkin penguatan 3T dan prokes 5M, serta jangan lupa penguatan pintu masuk ke Tanah Air,” pungkasnya. [gi/em]