Teman-teman Toru Kubota, jurnalis Jepang yang ditahan di Myanmar saat meliput protes, menyerukan pembebasannya segera melalui sebuah petisi online, Rabu (3/8). Petisi itu ditandatangani oleh lebih dari 41.000 orang.
Menurut para pendukungnya dan seorang saksi mata yang berbicara kepada Associated Press, Kubota yang juga dikenal sebagai pembuat film dokumenter, ditangkap Sabtu lalu di Yangon oleh pasukan keamanan berpakaian preman saat mengambil foto belasan pengunjuk rasa.
Pemerintah Jepang, yang mengecam banyak pelanggaran HAM di Myanmar, membenarkan bahwa seorang warga Jepang berusia 20-an ditahan di Myanmar, dan saat ini mereka sedang mengusahakan pembebasannya.
Sebuah laporan yang dirilis media berita NHK mengutip seorang juru bicara pemerintah militer Myanmar yang mengonfirmasikan bahwa Kubota berada dalam tahanan dan sedang diselidiki. Juru bicara itu mengatakan, pembebasan Kubota masih belum pasti.
Militer Myanmar merebut kekuasaan pada Februari tahun lalu dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Mereka berusaha membungkam perbedaan pendapat, membunuh dan menangkap ribuan orang. Sebagian besar dari lebih dari 50 jurnalis yang ditahan di Myanmar menghadapi tuduhan memicu ketakutan publik dan menyebarkan berita bohong.
Film-film Kubota banyak menyorot suara orang-orang yang tertindas, seperti penderitaan pengungsi Rohingya dan warga miskin di Tokyo di tengah pandemi virus corona. Lulusan Universitas Keio yang bergengsi dengan gelar master dari University of the Arts London, Kubota, 26, juga bekerja untuk Yahoo! News Japan, Vice Japan dan Al Jazeera English.
Dalam pernyataan terakhirnya di Twitter, yang dikirim akhir bulan lalu dari Myanmar, Kubota mengatakan: “Betapa tidak peka dan bodohnya saya untuk tidak benar-benar mengenal orang di sisi lain kamera saya sampai air mata mulai mengalir. Dan air mata terus mengalir.''
Teman-temannya mengatakan Kubota pergi sendirian dan sedang mengerjakan film dokumenter tentang individu itu. Rincian lainnya tidak diungkapkan karena alasan keamanan.
Nikki Tsukamoto Kininmouth, yang pernah bekerjasama dengan Kubota dalam menggarap sebuah film, mengatakan bahwa Kubota mencoba mendokumentasikan kehidupan manusia sehari-hari. ''Ia benar-benar pria yang baik,'' katanya kepada wartawan di Japan Press Club di Tokyo. ''Ia dicintai oleh begitu banyak orang.''
Awal pekan ini, PEN International dan Japan PEN Club menyerukan pembebasan Kubota segera dan tanpa syarat, bersama pembebasan orang-orang yang saat ini ditahan secara tidak adil. [ab/uh]
Forum