Tautan-tautan Akses

Jadi Negara Panutan Selama Pandemi, Selandia Baru Akhiri Pembatasan COVID-19


Seorang pria mengenakan masker melintas di depan toko bertuliskan "Selamat datang kembali" setelah aturan pembatasan Covid-19 dilonggarkan di Auckland, Selandia Baru, 10 November 2021. (Foto: Fiona Goodall/Reuters)
Seorang pria mengenakan masker melintas di depan toko bertuliskan "Selamat datang kembali" setelah aturan pembatasan Covid-19 dilonggarkan di Auckland, Selandia Baru, 10 November 2021. (Foto: Fiona Goodall/Reuters)

Selandia Baru pada Senin (14/8) mencabut pembatasan terakhir COVID-19 yang tersisa, menandai berakhirnya tanggapan pemerintah terhadap pandemi. Tanggapan negara itu diamati negara-negara di seluruh dunia.

Perdana Menteri Chris Hipkins mengatakan, kewajiban mengenakan masker di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain berakhir pada Senin (14/8) malam waktu setempat, demikian juga kewajiban agar orang yang tertular virus itu mengisolasi diri selama tujuh hari.

Selandia Baru pada awalnya dipuji dunia internasional karena berhasil menghilangkan virus penyebab COVID-19 sepenuhnya setelah memberlakukan karantina nasional dan mengendalikan dengan ketat wilayah perbatasannya.

Namun, seiring berlanjutnya pandemi dan semakin banyak varian muncul, pendekatan tersebut dianggap tidak lagi bisa dipertahankan. Pemerintah Selandia Baru akhirnya meninggalkan strategi eliminasi tersebut.

Sejumlah warga Selandia Baru sedang berolahraga sambil melewati papan jaga jarak untuk meredam penyebaran Covid-19 di Auckland, Selandia Baru, 31 Agustus 2020. (Foto: Fiona Goodall/Reuters)
Sejumlah warga Selandia Baru sedang berolahraga sambil melewati papan jaga jarak untuk meredam penyebaran Covid-19 di Auckland, Selandia Baru, 31 Agustus 2020. (Foto: Fiona Goodall/Reuters)

Berkaca pada tanggapan pemerintahannya terhadap pandemi selama lebih dari tiga tahun, Hipkins mengaku bahwa pada puncak pandemi, ia tidak sabar menunggu hari di mana ia dapat mengakhiri semua langkah pembatasan. Akan tetapi, ketika melakukannya sekarang, hal itu terasa antiklimaks.

Ia mengatakan, sekitar 3.250 dari jumlah total penduduk Selandia Baru lima juta jiwa telah meninggal akibat COVID-19, baik sebagai penyebab primer maupun sekunder. Jumlah itu setara dengan sekitar seperlima angka kematian di Amerika Serikat (AS).

“Meskipun tidak diragukan lagi ada keretakan dalam rasa persatuan kita secara kolektif, saya yakin bahwa warga Selandia Baru dapat merasa sangat bangga atas apa yang kita capai bersama,” kata Hipkins.

“Kita tetap tinggal di rumah, kita membuat pengorbanan, kita divaksinasi, dan tanpa diragukan lagi, kita menyelamatkan banyak nyawa.”

Sejumlah pelanggan menikmati minuman di bar pada hari pertama pembukaan pembatasan Covid-19 di Auckland, Selandia Baru, 3 Desember 2021. (Foto: David Rowland/AFP)
Sejumlah pelanggan menikmati minuman di bar pada hari pertama pembukaan pembatasan Covid-19 di Auckland, Selandia Baru, 3 Desember 2021. (Foto: David Rowland/AFP)

Menteri Kesehatan Ayesha Verrall mengatakan bahwa jumlah kasus virus corona dan tingkat perawatan di rumah sakit rendah dan terus menurun sejak Juni, dan sistem kesehatan yang didanai masyarakat menghadapi lebih sedikit gangguan akibat virus itu pada musim dingin kali ini.

“Kita telah dapat menyelesaikan 16.000 operasi lebih banyak dibanding tahun lalu, dan itu merupakan indikasi yang sangat baik bahwa sistem kesehatan kita sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,” ungkapnya.

Pengumuman itu disampaikan dua bulan sebelum digelarnya pemilihan umum.

David Seymour, pemimpin oposisi Partai ACT, mengatakan bahwa pemerintah sudah terlalu lama memperlakukan warga seperti anak kecil.

“Mereka merasa senang telah membebankan biaya tinggi dengan manfaat yang sedikit, serta lamban memperbaikinya,” kata Seymour dalam sebuah pernyataan. [rd/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG