Pasukan keamanan Turki menahan ratusan orang setelah serangan ISIS terhadap sebuah gereja di Istanbul. Pihak berwenang memperingatkan akan adanya serangan lebih lanjut terhadap orang Yahudi dan Kristen.
Polisi bersenjata lengkap kini melindungi gereja-gereja di seluruh Istanbul siang dan malam. Langkah itu diambil menyusul serangan mematikan bulan lalu yang dilakukan oleh dua pria bersenjata terhadap sebuah gereja Katolik di Istanbul. Kelompok Negara Islam (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dalam sebuah pernyataan dan memperingatkan bahwa mereka menarget orang Yahudi dan Kristen.
Komunitas kecil Kristen di Istanbul kini hidup dalam bayang-bayang kekerasan namun tetap bertahan.
Berbicara setelah menghadiri kebaktian gereja lokalnya, Christian Ilhan Guzelis dari Istanbul mengatakan, “Anda tidak perlu menjadi anggota jemaat untuk takut dengan serangan ini. Itu adalah sesuatu yang ditakuti oleh semua orang.”
Dia menambahkan para anggota jemaat merasa takut, namun mereka tidak pernah ragu untuk datang ke gereja dan berdoa kepada Tuhan.
Pasukan keamanan Turki terlibat dalam tindakan keras terhadap kelompok ISIS. Seorang warga Rusia dan seorang Tajik telah ditangkap karena melakukan serangan tersebut, sementara lebih dari seratus orang lainnya telah ditahan di seluruh negara itu.
Karena Turki berbatasan dengan wilayah yang pernah dikuasai oleh kelompok Islamis yang juga dikenal sebagai ISIS, para analis memperingatkan bahwa ancamannya masih besar.
Analis Sezin Oney dari portal berita Politikyol mengatakan, “Ada kelompok bersenjata di Turki. Kita masih memiliki sisa-sisa di Turki, sisa-sisa kelompok bersenjata di Turki, bahkan sisa-sisa ISIS yang kembali dari perang Suriah.”
Terakhir kali ISIS berhasil melakukan serangan adalah pada tahun 2017, ketika mereka menarget perayaan Malam Tahun Baru di sebuah klub di Istanbul, sehingga menewaskan 39 orang. Para analis memperingatkan pasukan keamanan juga terlibat dalam permainan kucing-kucingan yang mematikan dengan ISIS, yang ditandai dengan serangan gereja di Istanbul baru-baru ini.
Berbicara dengan VOA melalui tautan Zoom, Murat Aslan dari Yayasan Penelitian Politik, Ekonomi dan Sosial, sebuah wadah pemikir di Ankara mengatakan, “Ini adalah persaingan timbal balik antara aparat keamanan dan juga sel teroris. Kedua pihak akan mencoba mengidentifikasi atau menipu satu sama lain. Dan dalam kasus ini, saya yakin, teroris Daesh (sebutan untuk ISIS) memang terampil, setidaknya untuk melewati langkah-langkah keamanan. Begitu mereka menikmati kehadiran di sini dengan sel tersembunyi, mereka dapat dengan mudah memilih target.”
Musim pariwisata yang menguntungkan di Turki, hanya tinggal beberapa bulan lagi. Namun ini bisa berpotensi menjadi target lebih lanjut bagi ISIS. Karena itu tindakan keras di sector keamanan diperkirakan akan meningkat seiring dengan upaya perlindungan gereja-gereja di Istanbul.
Umat Kristen di Turki tampaknya harus menerima keadaan untuk terus beribadah di bawah perlindungan polisi sememtara pasukan keamanan terus berperang melawan ISIS. [lt/ns]
Forum