Tujuh anggota Dewan Transisi Haiti akan melakukan pemungutan suara untuk memilih presiden baru negara itu pada Selasa. Langkah ini dilakukan sepekan setelah lembaga ini secara resmi mengambil alih kekuasaan di negara Karibia yang kacau itu.
Pemungutan suara adalah langkah lanjutan dalam sejumlah upaya untuk mengembalikan stabilitas dan penegakan hukum di Haiti. Negara ini telah dicabik-cabik oleh kekerasan geng sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021.
Negara pulau ini jatuh lebih dalam ke ketidakstabilan setelah sebuah pesawat yang membawa mantan Perdana Menteri Ariel Henry, dipaksa untuk mendarat di Puerto Rico, wilayah Amerika Serikat di kawasan Karibia. Pesawat itu ditolak masuk ke Republik Dominika, yang berbagi wilayah pulau Hispaniola dengan Haiti.
Henry meninggalkan Haiti sepekan sebelumnya dalam sebuah misi ke negara di Amerika Selatan, Guyana, dan negara di Afrika timur, Kenya, untuk mencari dukungan bagi pengerahan pasukan perdamaian multinasional PBB ke Haiti.
Geng-geng memanfaatkan ketiadaan Henry untuk menyerang Lembage Pemasyarakatn National dan penjara-penjara lain di Port-au-Prince, membunuh sejumlah orang dan memberi kesempatan ribuan narapidana melarikan diri ke kota. Geng-geng juga melakukan serangan penembakan ke bandar udara utama Haiti.
Henry rencananya akan mundur pada Februari, tetapi telah menunda pemilu karena situasi keamanan yang memburuk dan kebuntuan politik dengan kekuatan oposisi.
Henry akhirnya mengundurkan diri pada 11 Maret dan mendukung otoritas transisional. Mandat bagi dewan ini akan berakhir pada Februari 2026, ketika pemilu baru dijadwalkan akan digelar. [ns/uh]
Forum