Presiden AS Joe Biden pada Selasa (18/6) mengumumkan sebuah program yang menawarkan jalur menuju kewarganegaraan bagi ratusan ribu imigran ilegal di AS yang menikah dengan warga negara AS. Kebijakan itu bertolak belakang dengan rencana kandidat calon presiden Donald Trump yang akan melakukan deportasi massal.
“Hari ini saya mengumumkan sebuah langkah perbaikan yang sewajarnya untuk menyederhanakan proses memperoleh status hukum bagi imigran yang menikah dengan warga negara AS yang telah lama tinggal di sini, bagi para istri atau suami dan anak-anak mereka yang telah tinggal di Amerika selama satu dekade atau lebih tanpa dokumen sah. Tindakan ini akan memungkinkan mereka untuk mengurus dokumen legalitas mereka di Amerika Serikat, sementara tetap bisa bekerja dan bersama keluarga mereka di AS,” ungkap Biden.
Program yang akan dimulai beberapa bulan ke depan itu akan terbuka bagi sekitar 500.000 suami atau istri warga negara AS yang telah tinggal selama setidaknya 10 tahun di Amerika per 17 Juni 2024, menurut pernyataan Gedung Putih dan Departemen Keamanan Dalam Negeri, hari Selasa.
Sekitar 50.000 anak berusia di bawah 21 tahun dengan salah satu orang tua berkewarganegaraan AS juga akan memenuhi syarat. Sebagian besar orang yang kemungkinan akan mengambil manfaat program itu adalah imigran Meksiko, kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden melalui sambungan telepon dengan wartawan hari Senin (17/6).
Program itu akan mengizinkan orang-orang yang memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan menjadi penduduk tetap tanpa harus meninggalkan wilayah AS, untuk menghilangkan kemungkinan proses yang lama dan menghindari pemisahan anggota keluarga. Pada akhirnya, mereka dapat mendaftarkan diri menjadi warga negara AS.
Para senator di Kongres AS memiliki tanggapan beragam terhadap kebijakan imigrasi Biden tersebut.
Senator Elizabeth Warren dari Partai Demokrat mendukung kebijakan itu.
“Presiden, sekali lagi, melakukan apa yang membuat seorang Joe Biden bisa diandalkan. Ia menggunakan alat-alatnya untuk berusaha mengamalkan nilai-nilai yang dianut bangsa Amerika, dan itu berarti mementingkan keluarga-keluarga kita dan membantu keluarga yang memiliki status imigrasi berbeda-beda,” ungkap Warren.
Sebaliknya, Senator Bill Cassidy dari Partai Republik justru menyebut Biden terjerumus dalam masalah politik.
“Saya rasa ini semua menunjukkan dirinya ingin populer di kedua kubu yang saling berseberangan, di satu sisi ia akan menutup perbatasan, tapi di sisi lain meyakinkan kelompok progresif sayap kirinya bahwa ia akan tetap mengizinkan orang masuk. Ia punya masalah politik, karena keputusannya bertentangan dengan naluri para penasihatnya,” ujar Cassidy.
Langkah itu diambil setelah Biden sebelumnya mengambil tindakan tegas terhadap arus imigrasi ilegal di perbatasan AS dan Meksiko, yang memicu amarah para aktivis dan banyak politisi Partai Demokrat, partainya sendiri.
Saat dilantik, Biden, yang menjadi kandidat calon presiden pada pemilu mendatang, berjanji akan membatalkan banyak kebijakan pembatasan imigrasi yang dibuat pendahulunya, Donald Trump, yang kini menjadi kandidat capres dari Partai Republik. Akan tetapi, karena jumlah penangkapan imigran ilegal yang mencapai rekor di perbatasan AS dan Meksiko, Biden pun lantas memperketat kebijakan imigrasinya belum lama ini.
Awal Juni, Biden melarang sebagian besar imigran yang menyeberangi perbatasan AS-Meksiko untuk mengajukan permohonan suaka. Kebijakan Biden itu serupa dengan kebijakan pelarangan suaka pada masa pemerintahan Trump.
Program legalisasi imigran yang digagas Biden itu dapat menegaskan kembali pesan kampanyenya bahwa ia mendukung sistem imigrasi yang lebih manusiawi dan mengontraskan dirinya dari Trump, yang sejak lama memiliki sikap yang keras terhadap isu imigrasi, baik yang legal maupun ilegal. [rd/jm]
Forum