Pihak berwenang Austria, Kamis (8/8), mengatakan kedua tersangka dalam rencana serangan terhadap konser Taylor Swift di Wina yang berhasil digagalkan, tampaknya terinspirasi oleh kelompok ISIS dan al-Qaeda.
Tim penyelidik menemukan bahan-bahan pembuat bom di salah satu rumah mereka. Para pejabat menambahkan, salah seorang dari dua pelaku mengaku berencana untuk "membunuh sebanyak mungkin orang di luar lokasi konser tersebut."
Tiga konser yang tiketnya telah terjual habis itu dibatalkan pada Rabu (7/8) karena rencana serangan tersebut. Pembatalan konser ini menimbulkan kesedihan di kalangan fans Taylor Swift, yang dijuluki Swifties, di seluruh dunia. Banyak dari mereka telah menghabiskan ribuan dolar untuk melakukan perjalanan dan memesan penginapan di ibu kota Austria yang mahal untuk menghadiri pertunjukan Eras Tour di Stadion Ernst Happel. Stadion itu tampak kosong pada Kamis (8/8) pagi.
Eropa, yang terpikat pada Taylor Swift, sang superstar asal Amerika, membuat kota Gelsenkirchen di Jerman mengganti namanya menjadi “Swiftkirchen” sebelum penyelenggaraan konser Juli lalu.
Penyelenggara konser di Austria memperkirakan pada setiap konser, ada sekitar 65.000 penggemar yang berada di dalam stadion pada setiap konser dan sebanyak 30.000 penonton lainnya berada di luar.
Menteri Dalam Negeri Austria, Gerhard Karner, mengatakan serangan yang berhasil digagalkan itu direncanakan terjadi pada Kamis (8/8) atau Jumat (9/8).
Kanselir Austria Karl Nehammer, dalam konferensi pers pada Kamis, mengatakan "saya sangat memahami bahwa mereka yang ingin menikmati konser ini secara langsung sangat sedih… Para ayah dan ibu menjaga putri dan putra mereka, yang penuh dengan antusiasme dan antisipasi untuk konser ini. Namun, penting juga diketahui bahwa pada saat-saat genting seperti sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa keselamatan adalah yang utama."
London Tetap Langsungkan Konser
Taylor Swift juga dijadwalkan tampil di stadion Wembley, London, dalam lima konser yang digelar antara 15 – 20 Agustus, yang akan menutup rangkaian tur Eras Tournya yang telah mencetak rekor.
Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan meskipun ia memahami alasan Wina membatalkannya konser Swift itu, "Kami akan tetap melanjutkannya."
Ia menegaskan bahwa belajar dari serangan pada 2017 saat konser Ariana Grande di Manchester, Inggris, pihak berwenang di ibu kota telah bersiap untuk mengamankan pertunjukan Taylor Swift ini. Dalam serangan pada 2017, seorang pelaku bom bunuh diri yang telah menyiapkan ransel berisi bahan peledak di Manchester Arena, meledakkan diri di akhir konser saat ribuan penggemar meninggalkan lokasi. Dua puluh dua orang tewas dalam insiden itu.
Sementara itu, pada Juli lalu tiga remaja putri tewas dan sepuluh lainnya luka dalam serangan dengan pisau, yang terjadi saat kelas tari dan yoga bertema Taylor Swift. Swift ketika itu mencuit ia “sangat terkejut” dengan aksi kekerasan tersebut.
Unggah Sumpah Setia kepada ISIS
Di Austria, pihak berwenang mengatakan tersangka utama mengaku telah mulai merencanakan serangan tersebut pada Juli lalu. Remaja berusia 19 tahun ini beberapa minggu yang lalu juga telah mengunggah sumpah setia kepada pemimpin kelompok ISIS saat ini di internet.
Kepala Direktorat Keamanan dan Intelijen Negara, Omar Haijawi-Pirchner, mengatakan tersangka itu "jelas-jelas teradikalisasi ke arah ISIS dan berpikir bahwa membunuh orang kafir adalah hal yang benar.”
Dia menambahkan, tersangka "ingin melakukan serangan di area luar stadion, membunuh sebanyak mungkin orang dengan menggunakan pisau atau bahkan menggunakan alat peledak yang telah dibuatnya."
Dirjen Keamanan Publik di Kementerian Dalam Negeri Wina, Franz Ruf, mengatakan dalam penggerebekan di rumah tersangka di Ternitz, sebelah selatan Wina, para penyelidik menemukan bahan kimia dan peralatan teknis yang mengindikasikan "tindakan persiapan yang konkret.”
Pihak berwenang mengatakan mereka juga menemukan materi-materi terkait kelompok ISIS dan al-Qaeda di rumah tersangka kedua, yang berusia 17 tahun. Tersangka tersebut, yang sejauh ini menolak untuk berbicara, dipekerjakan beberapa hari yang lalu oleh sebuah perusahaan yang menyediakan layanan yang tidak disebutkan di lokasi konser.
Remaja berusia 19 tahun itu adalah seorang warga negara Austria yang berasal dari Makedonia Utara. Sementara remaja berusia 17 tahun adalah warga Austria berdarah Turki dan Kroasia.
Kedua remaja tersebut ditangkap pada Selasa lalu (6/8). Sesuai aturan privasi di Austria, tidak satu pun nama tersangka yang dirilis.
Para tersangka telah mengalami perubahan sosial yang jelas baru-baru ini, kata pihak berwenang. Remaja berusia 19 tahun itu telah berhenti dari pekerjaannya namun mengatakan "masih memiliki rencana besar;" sementara remaja yang satunya lagi baru saja putus dari pacarnya. Kedua tersangka tampaknya tidak memiliki tiket ke salah satu pertunjukan, kata Haijawi-Pirchner.
Kanselir Karner mengatakan badan intelijen Austria telah bekerja sama dengan badan intelijen asing untuk menangkap kedua remaja tersebut. Ia tidak menyebutkan nama badan-badan intelijen tersebut, namun menambahkan bantuan tersebut diperlukan karena para penyelidik Austria, tidak seperti badan-badan intelijen asing lainnya, tidak dapat secara legal memantau pesan-pesan teks.
Badan intelijen Amerika Serikat (Central Intelligence Agency/CIA), pada Kamis (8/8) menolak mengatakan apakah badan-badan intelijen AS berperan dalam penyelidikan tersebut.
Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pihaknya danPpemerintah AS yang lebih luas telah melakukan kontak dengan para pejabat Austria tentang dugaan plot tersebut.
Tidak ada tersangka lain yang dicari, meskipun seorang anak berusia 15 tahun yang pernah melakukan kontak dengan kedua tersangka juga diinterogasi oleh polisi, kata Karner.
"Situasinya serius. Namun, kami juga bisa mengatakan:sebuah tragedi telah dicegah," tambahnya.
Barracuda Music Kembalikan Biaya Tiket
Penyelenggara konser Barracuda Music mengatakan dalam sebuah unggahan di Instagram pada Rabu (7/8) malam bahwa mereka "tidak punya pilihan selain membatalkan tiga pertunjukan yang telah dijadwalkan demi keselamatan semua orang."
Barracuda mengatakan bahwa semua tiket akan dikembalikan. Pesan yang sama juga diposting di situs web resmi Swift. Operator kereta api Austria, OeBB, juga mengatakan akan mengembalikan uang para penggemar untuk tiket kereta api yang tidak terpakai dalam konser tersebut.
Swift belum berbicara secara terbuka mengenai rencana atau pertunjukan yang dibatalkan. "Taylor Nation," sebuah halaman Instagram terverifikasi yang secara luas diyakini dikelola oleh timnya, mengunggah ulang pengumuman dari Barracuda Music dalam sebuah "story," yang hanya dapat dilihat selama 24 jam. Akun utamanya belum mengunggah apapun.
Ketakutan terbesar Swift adalah kekerasan berskala besar seperti itu dapat terjadi di konsernya, demikian ungkap sang superstar kepada majalah Elle pada 2019 menjelang tur Lover Tour, yang pada akhirnya dibatalkan karena pandemi virus corona. Serangan di konser Grande, serta penembakan massal pada 2017 di sebuah festival musik country di Las Vegas Strip yang menewaskan 58 orang, membuat Swift khawatir ketika ia bersiap tur berkeliling dunia.
"Saya benar-benar takut untuk melakukan (Lover Tour) kali ini karena saya tidak tahu bagaimana kami akan menjaga 3 juta penggemar tetap aman selama tujuh bulan," katanya kepada majalah tersebut. "Ada banyak sekali perencanaan, biaya, dan upaya yang dilakukan untuk menjaga keamanan penggemar saya."
Sebuah penyelidikan resmi melaporkan pada 2023 badan intelijen domestik Inggris, MI5, tidak bertindak cukup cepat atas informasi penting yang diterima dan melewatkan kesempatan penting untuk mencegah pemboman di Manchester, serangan ekstremis paling menelan banyak korban jiwa di Inggris. [em/ft]
Forum