Ledakan baru yang dahsyat mengguncang pinggiran selatan Beirut pada Sabtu (5/10) malam ketika Israel memperluas pengeboman di Lebanon, menyerang kamp pengungsi Palestina jauh di utara untuk pertama kalinya dan menargetkan para kombatan Hizbullah serta Hamas.
Ribuan orang di Lebanon, termasuk pengungsi Palestina, terus menyelamatkan dari konflik yang semakin meluas di wilayah tersebut. Sementara itu, sejumlah demonstrasi digelar di seluruh dunia untuk memperingati dimulainya perang di Gaza.
Serangkaian ledakan kuat dilaporkan terjadi menjelang tengah malam setelah militer Israel meminta warga untuk mengevakuasi daerah di lingkungan Haret Hreik dan Choueifat di Beirut. Video dari kantor berita Associated Press menunjukkan ledakan menerangi cakrawala pinggiran selatan yang padat penduduknya, yang dikuasai Hizbullah.
Kelompok militan Palestina mengatakan pada Sabtu (5/10), serangan Israel di Kamp Beddawi di utara menewaskan seorang pejabat sayap militer Hamas bersama istri dan dua putrinya yang masih kecil. Hamas kemudian mengatakan anggota sayap militer lainnya tewas dalam serangan Israel di Lembah Bekaa timur Lebanon. Warga dihadapkan pada dampak yang ditimbulkan: bangunan hancur, batu bata berserakan, dan anak tangga yang tersisa.
Setidaknya 1.400 warga Lebanon, termasuk warga sipil, petugas medis dan kombatan Hizbullah, telah tewas dan 1,2 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam waktu kurang dari dua minggu. Israel mengatakan pihaknya bertujuan mengusir kelompok militan tersebut dari perbatasan sehingga warga Israel yang terlantar dapat kembali ke rumah mereka.
Hizbullah yang didukung Iran, angkatan bersenjata terkuat di Lebanon, mulai menembakkan roket ke Israel segera setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, dan menyebutnya sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Hizbullah dan militer Israel hampir setiap hari saling baku tembak.
Pekan lalu, Israel melancarkan apa yang disebutnya operasi darat terbatas ke Lebanon selatan setelah serangkaian serangan menewaskan pemimpin lama Hizbullah Hassan Nasrallah dan lainnya. Pertempuran ini merupakan yang terburuk sejak Israel dan Hizbullah terlibat perang singkat pada 2006. Sembilan tentara Israel tewas dalam bentrokan darat yang menurut Israel telah menewaskan 440 pejuang Hizbullah.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan kepada wartawan di Damaskus bahwa "kami berusaha mencapai gencatan senjata di Gaza dan Lebanon."
Menteri tersebut tidak menyebutkan nama negara-negara yang mengajukan inisiatif tersebut, dan mengatakan bahwa negara-negara tersebut mencakup negara-negara di Timur Tengah dan beberapa negara di luar kawasan itu.
Araghchi berbicara sehari setelah pemimpin tertinggi Iran memuji serangan rudal baru-baru ini terhadap Israel dan mengatakan pihaknya siap melakukannya lagi jika perlu.
Pada Sabtu petang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, "Israel mempunyai tugas dan hak untuk membela diri dan menanggapi serangan-serangan ini, dan mereka akan melakukannya." Mengenai Lebanon, dia mengatakan, “kami belum selesai.”
Menyelamatkan Diri dengan Berjalan Kaki
Militer Israel pada Sabtu mengatakan sekitar 90 proyektil ditembakkan dari Lebanon ke wilayah Israel. Sebagian besar berhasil dicegat, tetapi beberapa jatuh Kota Deir al-Asad di Arab utara. Polisi mengatakan tiga orang terluka.
Setidaknya enam orang di Lebanon tewas dalam lebih dari selusin serangan udara Israel semalam hingga Sabtu, menurut Kantor Berita Nasional yang dikelola pemerintah Lebanon.
Menurut Komite Pemerintah Lebanon, hampir 375.000 orang telah melarikan diri dari Lebanon ke Suriah dalam waktu kurang dari dua minggu.
Jurnalis the Associated Press menyaksikan ratusan orang terus melintasi Perbatasan Masnaa dengan berjalan kaki, menyusuri jalan yang dipenuhi reruntuhan setelah serangan udara Israel meninggalkan lubang besar di jalan menuju ke sana pada Kamis (3/10). Sebagian besar persenjataan Hizbullah diyakini berasal dari Iran melalui Suriah. [ft/ah]