Hujan roket melanda kota Misrata di Libya barat yang dikuasai pemberontak sejak hari Minggu, meskipun pemerintah mengklaim telah menghentikan operasinya terhadap kekuatan oposisi di sana.
Saksi mata di Misrata melaporkan pemboman besar-besaran dan tembakan di kota mereka telah menyebabkan ratusan orang tewas selama dua bulan pengepungan berdarah oleh pemerintah. Para dokter mengatakan sedikitnya 32 orang tewas dalam pertempuran sejak Sabtu.
Minggu pagi, Wakil Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaim mengatakan tentara telah menghentikan operasinya terhadap pemberontak di Misrata, tetapi tidak meninggalkan kota ketiga terbesar di Libya. Klaim mengatakan tentara menghentikan serangannya agar para ketua suku bisa bernegosiasi dengan para pemberontak. Ia mengatakan jika pasukan oposisi tidak menyerah dalam waktu 48 jam, warga suku setempat akan melawan mereka menggantikan tentara.
Penduduk Misrata mengatakan pasukan yang setia kepada pemimpin Libya Moammar Gaddafi terus menembakan artileri ke Misrata dari posisi yang baru di luar kota.
Pemberontak telah menolak klaim penarikan pasukan di Misrata. Beberapa mempertanyakan apakah penarikan tersebut merupakan kemenangan militer sebenarnya atau sebuah muslihat pasukan pendukung Gaddafi yang bisa saja kembali dengan mengenakan pakaian sipil atau menyebar ke tempat lain.
Juru bicara militer bagi pasukan pemberontak di markas sementara mereka di Benghazi, Kolonel Ahmed Bani, menyebut penarikan tersebut sebagai tipu daya. Ia mengatakan Gaddafi tidak akan pernah menyerahkan kota strategis yang penting kepada oposisi.