JOHANNESBURG —
Para aktivis pelindung satwa liar mengatakan anti-perburuan gelap badak yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam dekade tahun ini, merupakan langkah besar menuju arah yang tepat bagi pelestarian.
Afrika Selatan memperluas upaya pemberantasan pemburuan badak ke luar negeri. Para pejabat menandatangani perjanjian tanggal 10 Desember dengan pemerintah Vietnam untuk mencegah dan menekan pemburuan liar.
Perjanjian itu memuat kerja sama antara penegak hukum di kedua negara, kepatuhan bersama terhadap larangan perburuan gelap internasional dan memperkuat undang-undang anti-perburuan gelap di kedua negara.
Richard Thomas, juru bicara TRAFFIC, organisasi anti-perburuan yang membantu kedua negara bekerja sama dalam perjanjian itu, mengatakan ini merupakan langkah besar ke arah yang tepat.
“Keberhasilan atau kegagalan dari perjanjian itu akan sangat tergantung pada kemauan politik untuk menerapkannya. Jika kehendak itu ada, seperti kita lihat di Afrika Selatan - dan kini secara resmi telah diakui oleh Vietnam, masalahnya sangat nyata. Cula-cula badak diperdagangkan secara gelap di negara itu - artinya sumber-sumber daya yang memadai akan dikerahkan supaya ada dampak nyata terhadap jaringan kejahatan terorganisir di balik perdagangan cula itu,” kata Richard Thomas.
Afrika Selatan merupakan tempat tinggal bagi kira-kira 80 persen populasi badak di dunia. Vietnam adalah salah satu pengimpor tertinggi cula badak di Asia, karena banyak orang beranggapan cula badak itu dapat menyembuhkan penyakit kanker atau sebagai obat perangsang.
Thomas mengatakan kerjasama resmi dengan Vietnam merupakan langkah signifikan.
“Menurut saya sangat penting bahwa Vietnam dan Afrika Selatan telah memiliki kesepakatan untuk benar-benar menangani, perjanjian nyata, yang kata-kata dalam pasalnya, tidak secara spesifik menyebut badak tetapi kedua menteri dalam pidatonya secara khusus merujuk pada perdagangan badak. Jadi menurut saya itu perkembangan penting bahwa kedua menteri negara mengakui hal itu,” papar Thomas.
Ketika perjanjian itu ditandatangani 10 Desember, angka baru yang dirilis di Afrika Selatan: menunjukan 618 badak mati dibunuh selama tahun ini – hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2010.
Dr Jo Shaw, koordinator satwa badak pada organisasi World Wildlife Fund di Afrika Selatan, memuji perjanjian itu, tetapi mengatakan kondisinya sangat mendesak untuk memerangi perburuan gelap badak.
Afrika Selatan telah meningkatkan upaya-upaya anti perburuannya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kini juga bertekad mengikutsertakan pihak-pihak internasional lainnya dalam upaya tersebut (VOA/Peter Cox).
Afrika Selatan memperluas upaya pemberantasan pemburuan badak ke luar negeri. Para pejabat menandatangani perjanjian tanggal 10 Desember dengan pemerintah Vietnam untuk mencegah dan menekan pemburuan liar.
Perjanjian itu memuat kerja sama antara penegak hukum di kedua negara, kepatuhan bersama terhadap larangan perburuan gelap internasional dan memperkuat undang-undang anti-perburuan gelap di kedua negara.
Richard Thomas, juru bicara TRAFFIC, organisasi anti-perburuan yang membantu kedua negara bekerja sama dalam perjanjian itu, mengatakan ini merupakan langkah besar ke arah yang tepat.
“Keberhasilan atau kegagalan dari perjanjian itu akan sangat tergantung pada kemauan politik untuk menerapkannya. Jika kehendak itu ada, seperti kita lihat di Afrika Selatan - dan kini secara resmi telah diakui oleh Vietnam, masalahnya sangat nyata. Cula-cula badak diperdagangkan secara gelap di negara itu - artinya sumber-sumber daya yang memadai akan dikerahkan supaya ada dampak nyata terhadap jaringan kejahatan terorganisir di balik perdagangan cula itu,” kata Richard Thomas.
Afrika Selatan merupakan tempat tinggal bagi kira-kira 80 persen populasi badak di dunia. Vietnam adalah salah satu pengimpor tertinggi cula badak di Asia, karena banyak orang beranggapan cula badak itu dapat menyembuhkan penyakit kanker atau sebagai obat perangsang.
Thomas mengatakan kerjasama resmi dengan Vietnam merupakan langkah signifikan.
“Menurut saya sangat penting bahwa Vietnam dan Afrika Selatan telah memiliki kesepakatan untuk benar-benar menangani, perjanjian nyata, yang kata-kata dalam pasalnya, tidak secara spesifik menyebut badak tetapi kedua menteri dalam pidatonya secara khusus merujuk pada perdagangan badak. Jadi menurut saya itu perkembangan penting bahwa kedua menteri negara mengakui hal itu,” papar Thomas.
Ketika perjanjian itu ditandatangani 10 Desember, angka baru yang dirilis di Afrika Selatan: menunjukan 618 badak mati dibunuh selama tahun ini – hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2010.
Dr Jo Shaw, koordinator satwa badak pada organisasi World Wildlife Fund di Afrika Selatan, memuji perjanjian itu, tetapi mengatakan kondisinya sangat mendesak untuk memerangi perburuan gelap badak.
Afrika Selatan telah meningkatkan upaya-upaya anti perburuannya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kini juga bertekad mengikutsertakan pihak-pihak internasional lainnya dalam upaya tersebut (VOA/Peter Cox).