Seorang aktivis Mesir dan tokoh terkemuka dalam Pergolakan Arab 2011 dijebloskan lagi ke penjara setelah divonis lima tahun pada Senin (20/12) karena didakwa menyebarkan berita bohong, kata para pengacaranya.
Alaa Abdel-Fattah dibebaskan pada 2019 setelah divonis pada 2014 karena berpartisipasi dalam protes tak berizin dan dituduh menyerang seorang polisi.
Namun, tak lama setelah bebas, ia ditangkap lagi karena diduga menyebarkan berita bohong, penyalahgunaan media sosial dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, yang dinyatakan sebagai organisasi teroris pada 2013. Mantan pengacaranya dan seorang aktivis lain juga divonis empat tahun penjara.
Sejumlah pemerintah Barat dan kelompok HAM mengkritisi putusan itu.
Sejak Pergolakan Arab 2011, yang menumbangkan pemimpin Hosni Mubarak, pemerintah Mesir telah menindak keras para pembangkang.
Abdel-Fattah berasal dari keluarga aktivis yang mengatakan ia disiksa ketika ditahan di penjara Tora, Kairo.
"Kejahatannya adalah. seperti jutaan pemuda di Mesir dan lainnya, ia meyakini dunia lain itu mungkin terjadi," kata ibunya, profesor matematika Laila Soueif. “Dan ia berani untuk mencoba mewujudkannya."
Wakil Direktur Human Rights Watch Timur Tengah dan Afrika Utara, Joe Stork, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "Gugurnya keadilan yang dijatuhkan oleh pengadilan untuk menghukum ekspresi yang damai menunjukkan bagaimana sistem keadilan Mesir itu sendiri telah menjadi alat represi."
Ia menyerukan agar putusan itu "segera" dicabut. [vm/jm]