Meskipun klaim Korea Utara baru-baru ini mengenai ujicoba rudal balistik antarbenua atau ICBM menyebarkan kekhawatiran secara global, para ahli AS melihatnya sebagai upaya untuk menarik perhatian dan taktik pertama untuk mengintimidasi pemerintahan AS mendatang.
Pada hari Minggu, kantor berita resmi Korea Utara, KCNA melaporkan bahwa negara itu dapat menembakkan ICBM "kapan saja dan di mana saja," mengulangi pernyataan bahwa negara komunis itu sedang memperkuat kemampuan senjata nuklirnya untuk "membela diri" dari AS. Pernyataan Korea Utara itu disambut dengan kritikan tajam dari Departemen Luar Negeri AS, yang menandaskan militer AS mempunyai kekuatan untuk mempertahankan Amerika bersama sekutunya, dan "siap untuk menggunakan kekuatan itu jika diperlukan."
Peneliti senior untuk Asia Timur Laut di Asia Studies Center The Heritage Foundation, Bruce Klinger, mengatakan kepada VOA "Saya pikir pernyataan Korea Utara itu lebih merupakan kesiapannya untuk meluncurkan rudal dimaksud setiap saat, bukan ancaman yang bakal menjadi kenyataan."
Klinger, yang menghabiskan hampir dua dasawarsa di komunitas intelijen AS mengatakan, ‘asah pedang’ terbaru dari Pyongyang itu tampaknya upaya untuk mendorong Presiden terpilih Donald Trump dan tim keamanan nasionalnya, yang kebijakan terhadap Korea Utara masih tertutup, untuk memenuhi kehendak Pyongyang sendiri. Pyongyang telah lama mendesak Amerika untuk menerima negara itu sebagai negara nuklir, meninggalkan aliansi strategis dengan Korea Selatan dan menarik pasukan AS dari wilayah Pasifik Barat. [ps/al]