Angola menyatakan pada Kamis (21/12) bahwa mereka akan keluar dari OPEC karena ketidaksepakatan terkait kuota produksi, menyusul keputusan kartel minyak ini bulan lalu untuk memangkas produksi tahun depan.
Menteri Sumber Daya Mineral dan Perminyakan, Diamantino Azevedo mengatakan bahwa keputusan itu tidak diputuskan secara mudah, tetapi keanggotaan mereka di OPEC tidak lagi memberikan keuntungan bagi negara Afrika itu.
“Kami merasa bahwa pada saat ini, Angola tidak memperoleh keuntungan apapun dengan tetap berada di dalam organisasi ini, dan demi mempertahankan kepentingan kami, Angola memutuskan untuk keluar dari OPEC,” kata Azevedo dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor kepresidenan.
Kantor kepresidenan menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil dalam pertemuan kabinet yang dipimpin oleh presiden Joao Lourenco di ibukota, Luanda.
Setelah pertemuan itu, Lourenco menandatangani dekrit untuk meresmikan langkah ini, tambah pernyataan itu.
Azevedo mengatakan kepada badan penyiaran negara itu, TPA, bahwa Angola tidak senang dengan keputusan OPEC bulan lalu untuk memperpanjang pemangkasan produksi pada tahun depan, dalam upaya untuk menstabilkan harga yang tidak menentu.
“Kami berpendapat, bahwa saatnya telah tiba bagi negara kita untuk lebih fokus pada tujuan-tujuan kita,” kata dia kepada TPA.
“Jika kita tetap berada di OPEC, Angola akan terpaksa memangkas produksi dan hal itu berlawanan dengan kebijakan kita untuk menghindari penurunan dan menghormati kontrak,” ujarnya.
Kantor pusat OPEC di Wina tidak segera memberikan balasan terhadap permintaan untuk berkomentar terkait hal ini. [ns/jm]
Forum