Pihak berwenang Sudan selatan mengatakan sedikitnya 30 orang tewas dalam bentrokan di sepanjang perbatasan dengan Sudan utara pada hari kedua referendum kemerdekaan yang akan berlangsung selama seminggu di kawasan tersebut. Petugas pemilu mengatakan para pemilih yang datang hanya 20 persen hari Minggu, hari pertama referendum.
Antrian pemilih di luar tempat pemungutan suara di Sudan selatan pada hari kedua pada umumnya lebih pendek dibanding pada hari pembukaan. Meskipun demikian, ribuan orang yang mendatangi TPS untuk mengikuti referendum guna memutuskan apakah Sudan selatan tetap bergabung dengan utara atau melepaskan diri menjadi negara Afrika terbaru.
Pegawai negeri Nyapa Along meninggalkan keluarganya di Malaysia dua tahun lalu untuk membantu Sudan selatan. Ia menggunakan hak suaranya di Juba.
Nyapa Along mengatakan, “Saya sangat bahagia karena setidaknya kita sudah mencapai langkah akhir menuju kemerdekaan. Kami, selaku warga Sudan selatan, berkumpul bersama dan berasal dari berbagai suku yang berbeda. Kami ingin membawa perdamaian dan kemerdekaan untuk seluruh warga Sudan selatan.”
Ia mendesak seluruh warga Sudan selatan untuk bersatu dan memastikan agar upaya tersebut tidak gagal.
Mantan Presiden Amerika Jimmy Carter, pemimpin Carter Center, telah mengerahkan 100 pengawas referendum, dan mengatakan pihaknya tidak menemukan masalah.
Menurut Carter, “Tidak ada bukti intimidasi. Tidak ada bukti ilegalitas. Tidak ada bukti ketidakberesan. Sejauh pengamatan kami, referendum ini dilakukan secara terpuji dan sempurna.”
Carter juga yakin bahwa seluruh proses akan terbuka, bebas dan adil.
Pengamat lain, mantan Sekjen PBB Kofi Annan, juga memuji pemungutan suara tersebut, tetapi memperingatkan bahwa tantangan masih banyak.
Annan menjelaskan, “Referendum tersebut adalah langkah pertama dan kerja keras sesungguhnya baru dimulai setelahnya, dan bahwa kalian, sebagai rakyat Sudan, harus bersatu dan bekerja bersama untuk membangun masyarakat dan bangsa kalian.”
Ia mengatakan masalah-masalah penting masih ada, seperti garis perbatasan antara utara dan selatan dan bentrokan di kawasan Abyei yang disengketakan. Ia mendesak kedua pihak untuk memecahkan masalah-masalah tersebut secepatnya.
Di Universitas Juba, Profesor Simon Monoja mengatakan ia memberikan suara untuk pertama kali dalam 60 tahun hidupnya. Monoja mengatakan, “Saya sudah menunggu-nunggu hari ini tiba, dan syukurlah referendum ini telah terjadi dan saya telah melakukannya. Jadi saya bisa pergi dan jika kematian datang, saya akan meninggal dengan tenang.”
Pemungutan suara akan berlangsung sampai Sabtu, dan hasil-hasil awal diperkirakan akan keluar beberapa minggu setelahnya. Hasil perolehan resmi akan diumumkan bulan depan.