Tautan-tautan Akses

Tidak Yakin pada Pemilu, Arus Emigran Venezuela Lintasi Perbatasan


Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyambut para pengamat internasional untuk pemilihan tanggal 20 Mei di istana presiden di Caracas, 18 Mei 2018 (foto: REUTERS/Carlos Jasso)
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyambut para pengamat internasional untuk pemilihan tanggal 20 Mei di istana presiden di Caracas, 18 Mei 2018 (foto: REUTERS/Carlos Jasso)

Sambil berjongkok di trotoar dekat perbatasan Venezuela dengan Kolombia, pekerja konstruksi Deiver Guarate mengatakan, pemilu presiden hari Minggu telah diatur untuk memenangkan Presiden Nicolas Maduro, dan ia tidak berencana untuk tetap tinggal di negeri itu untuk mendengar hasilnya.

Guarate berimigrasi ke Kolombia karena tidak sanggup membayar ongkos keperluan hidup yang paling dasar di tengah inflasi yang melangit. Ia terpaksa tidur malam hari di jalanan sambil menunggu pejabat migrasi Venezuela untuk mencap paspornya.

"Orang-orang tidak memberikan suaranya lagi karena mereka tahu bahwa pemilu dicurangi. Kalau saja kami punya harapan keadaannya akan berubah, kami tidak akan bermigrasi,” kata Guarate, 35 tahun, di samping kopernya di jalanan, di mana beberapa ratus orang tidur minggu ini.

"Situasi di Venezuela sangat genting," kata Guarate. Neneknya meninggal tahun lalu akibat gagal ginjal karena keluarganya tidak bisa memperoleh obat-obatan yang langka.

Pihak oposisi Venezuela telah meminta para pendukungnya supaya tidak ikut memberikan suara hari Minggu karena keprihatinan akan terjadinya penipuan, tetapi puluhan ribu migran yang sangat skeptis terhadap pemilu, memilih untuk meninggalkan negara itu. [ps/ii]

XS
SM
MD
LG