MUNICH, JERMAN —
Sebulan lewat dari tenggat waktu untuk memusnahkan senjata kimia paling berbahaya Suriah, Kerry mengatakan, Amerika sangat prihatin karena Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak memenuhi batas waktu. Assad menyetujui jadwal itu dengan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia atau OPCW.
"Bashar al-Assad, menurut kami, tidak sepenuhnya mematuhi tenggat waktu. Penundaan ini bertentangan dengan putusan OPCW bahwa seharusnya pemusnahan bisa dilakukan lebih cepat,” ujar Menlu Kerry.
Kerry berbicara kepada wartawan bersama Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, yang menilai penundaan Suriah juga berisiko bagi sikap Rusia terhadap isu ini.
Pemerintah Suriah mengatakan hambatan keamanan dan logistik telah memperlambat pengumpulan dan pengangkutan senjata kimianya. Menurut Kerry, ia akan terus mendesak Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk memastikan rencana berjalan sebagaimana mestinya.
"Rusia adalah mitra dalam upaya ini. Dan Rusia jelas berperan penting dalam membantu Suriah memahami kewajiban mereka untuk patuh,” lanjut Kerry.
Kesepakatan itu membantu Presiden Assad menghindari ancaman aksi militer dari Presiden Amerika Barack Obama guna mencegah berlanjutnya penggunaan senjata kimia di Suriah. Menurut Kerry, semua opsi tetap berlaku jika Suriah terus menunda memindahkan semua bahan kimia dan senyawa terkait ke pelabuhan Latakia.
"Tidak ada alasan yang bisa diterima kalau pemusnahan ini tidak dilakukan sekarang. Karena itu, kami mengimbau Bashar al-Assad agar memenuhi kewajibannya. Atau bersama negara-negara sahabat, kami akan membahas pilihan yang kami anggap perlu sekarang supaya proses ini berjalan,” papar Kerry.
Amerika menyatakan kurang dari lima persen senjata kimia sudah dibawa ke pelabuhan. Dari sana, senjata kimia itu akan dibawa ke kapal Angkatan Laut Amerika untuk dijinakkan. Steinmeier mengatakan, setelah diamankan, dua per tiga senjata kimia itu kemudian akan dimusnahkan di Jerman.
"Bashar al-Assad, menurut kami, tidak sepenuhnya mematuhi tenggat waktu. Penundaan ini bertentangan dengan putusan OPCW bahwa seharusnya pemusnahan bisa dilakukan lebih cepat,” ujar Menlu Kerry.
Kerry berbicara kepada wartawan bersama Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, yang menilai penundaan Suriah juga berisiko bagi sikap Rusia terhadap isu ini.
Pemerintah Suriah mengatakan hambatan keamanan dan logistik telah memperlambat pengumpulan dan pengangkutan senjata kimianya. Menurut Kerry, ia akan terus mendesak Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk memastikan rencana berjalan sebagaimana mestinya.
"Rusia adalah mitra dalam upaya ini. Dan Rusia jelas berperan penting dalam membantu Suriah memahami kewajiban mereka untuk patuh,” lanjut Kerry.
Kesepakatan itu membantu Presiden Assad menghindari ancaman aksi militer dari Presiden Amerika Barack Obama guna mencegah berlanjutnya penggunaan senjata kimia di Suriah. Menurut Kerry, semua opsi tetap berlaku jika Suriah terus menunda memindahkan semua bahan kimia dan senyawa terkait ke pelabuhan Latakia.
"Tidak ada alasan yang bisa diterima kalau pemusnahan ini tidak dilakukan sekarang. Karena itu, kami mengimbau Bashar al-Assad agar memenuhi kewajibannya. Atau bersama negara-negara sahabat, kami akan membahas pilihan yang kami anggap perlu sekarang supaya proses ini berjalan,” papar Kerry.
Amerika menyatakan kurang dari lima persen senjata kimia sudah dibawa ke pelabuhan. Dari sana, senjata kimia itu akan dibawa ke kapal Angkatan Laut Amerika untuk dijinakkan. Steinmeier mengatakan, setelah diamankan, dua per tiga senjata kimia itu kemudian akan dimusnahkan di Jerman.