Kepala Intelijen Dan Coats hari Selasa (6/3) mengatakan pemerintah Amerika belum menerapkan “strategi koheren” untuk menangkal campur tangan Rusia dalam pemilu sela November mendatang, meskipun “sangat mungkin” Rusia akan kembali mengganggu jalannya kampanye, seperti yang terjadi pada pemilihan presiden tahun 2016.
Coats mengatakan kepada sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat tentang ancaman di seluruh dunia di mana sejumlah badan Amerika “sudah memahami” akan perlunya pemerintah melindungi terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu di Amerika. Tetapi ia terbata-bata ketika senator faksi Demokrat dari negara bagian Hawaii Mazie Hirono menanyakan “mengapa kita tidak memiliki strategi bagi seluruh pemerintahan?”
“Kami memahami bahwa hal ini harus ditangani,” ujar Coats. “Saya tidak memiliki jawaban khusus untuk pertanyaan Anda.”
Hirono membalas “kesimpulannya adalah ini bukan prioritas utama” bagi Presiden Trump setelah komunitas intelijen Amerika menyimpulkan bahwa campur tangan Rusia terhadap pemilu presiden tahun 2016 dimaksudkan untuk membantunya mengalahkan penantangnya dari Partai Demokrat Hillary Clinton.
Coats mengatakan Amerika sampai saat ini “tidak melihat bukti adanya upaya luar biasa yang dilakukan Rusia, tetapi kami mengetahui aktivitas mereka tetap ada. Kemungkinan besar mereka akan melakukan sesuatu. Kami hanya tidak tahu berapa banyak, kapan dan di mana.”
Coats memperkirakan selambat-lambatnya minggu depan Departemen Keuangan Amerika akan mengumumkan sanksi terhadap 13 warga Rusia yang oleh Komisi Khusus Robert Mueller dituduh melakukan campur tangan dalam pemilu 2016.
Rusia telah menyangkal memainkan peran apapun dalam pemilihan presiden Amerika, namun komunitas intelijen Amerika telah menyimpulkan bahwa hal itu secara langsung diarahkan oleh Presiden Vladimir Putin. Trump menyebut beberapa penyelidikan soal apakah tim kampanyenya berkolusi dengan Rusia sebagai “upaya mencari-cari kesalahan” dan alasan Partai Demokrat untuk menjelaskan kekalahan Hillary Clinton yang mengejutkan. [em/jm]