Tautan-tautan Akses

Australia Marah Atas Vonis Hukuman Mati China terhadap Penulisnya


Yang Hengjun dan istrinya Yuan Xiaoliang. Australia mengatakan mereka terkejut dengan penangguhan hukuman mati yang dijatuhkan China terhadap penulis dan blogger demokrasi asal Australia, Yang Hengjun..(Chongyi Feng via AP)
Yang Hengjun dan istrinya Yuan Xiaoliang. Australia mengatakan mereka terkejut dengan penangguhan hukuman mati yang dijatuhkan China terhadap penulis dan blogger demokrasi asal Australia, Yang Hengjun..(Chongyi Feng via AP)

Australia pada hari Selasa (6/2) menyatakan "kemarahan" kepada China atas vonis hukuman mati yang dijatuhkan kepada penulis Australia keturunan Tionghoa, Yang Jun.

Yang dijatuhi hukuman mati pada Senin dengan penundaan eksekusi selama dua tahun, dan semua harta bendanya disita, kata Kementerian Luar Negeri China.

Pengadilan Beijing memutuskan dia bersalah atas tindakan "spionase", kata juru bicara kementerian itu.

Hukuman tersebut menimbulkan ketegangan pada hubungan Australia-China, yang telah membaik setelah kebuntuan selama bertahun-tahun.

Australia telah menyampaikan "kekecewaan kami, keputusasaan kami, rasa frustrasi kami, namun sederhananya, kemarahan kami atas putusan ini", kata Perdana Menteri Anthony Albanese kepada wartawan di Canberra.

“Ini adalah hukuman yang sangat keras bagi Dr. Yang, seorang pria yang kondisi kesehatannya tidak baik, dan kami akan terus memberikan representasi yang paling kuat,” kata pemimpin Australia tersebut.

Kementerian Luar Negeri Australia mengatakan pihaknya memahami bahwa hukuman tersebut dapat diringankan menjadi penjara seumur hidup jika tidak ada “kejahatan serius” yang dilakukan Yang selama dua tahun.

Warga negara Australia kelahiran China ini telah dipenjara sejak 2019 atas tuduhan mata-mata.

Penulis, yang bernama samaran Yang Hengjun, membantah tuduhan tersebut dan mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia disiksa di tempat penahanan rahasia dan dia khawatir pengakuan paksa akan digunakan untuk menyudutkannya.

Beijing pada Selasa membantah tudingan Canberra, dan bersikeras mengatakan bahwa “lembaga peradilan China menangani kasus itu sesuai dengan hukum”.

“Kami mendesak pihak Australia untuk benar-benar menghormati kedaulatan peradilan China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin.

Albanese mengatakan pemerintahnya telah memanggil duta besar China untuk Australia, Xiao Qian, pada Senin dan akan menyampaikan keberatannya.

“Kami telah mengatakan dengan sangat jelas bahwa kami akan bekerja sama dengan China semaksimal mungkin, tetapi kami juga akan menyatakan tidak akan setuju bila memang seharusnya begitu. Kami tidak setuju dengan tindakan keras China ini,” kata Albanese.

Perdana menteri itu menolak mengatakan apakah dia akan membatalkan undangannya tahun lalu kepada Perdana Menteri China Li Qiang untuk mengunjungi Australia.

“Kami akan menanggapi China secara langsung dan jelas serta tegas. Yang tidak akan kami lakukan adalah melakukan perundingan diplomatik melalui media,” kata Albanese. [ab/ns]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG