Dua tahun setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral Iran, ayahnya mengatakan pengadilan Republik Islam belum menanggapi pertanyaan keluarga mengenai kasus tersebut.
“Meskipun dua tahun telah berlalu sejak kematian tragis putri saya, dan meskipun ada tindak lanjut yang gigih dan kunjungan pengacara kasus ke kantor kejaksaan yang tak terhitung, keluarga kami belum menerima tanggapan apa pun mengenai kasus Mahsa,” kata Amjad Amini kepada VOA, Kamis (12/9).
Saleh Nikbakht, pengacara yang mewakili keluarga tersebut, mengatakan sebelumnya bahwa kasus Mahsa Amini "masih menunggu keputusan di kantor kejaksaan. Penyelidikan yang diminta belum dilakukan, dan sejauh ini belum ada proses pengadilan yang dimulai."
Dalam pesan audio kepada Voice of America, Amjad Amini mengatakan dia ingin mengadakan upacara peringatan jika pemerintah mengizinkannya.
Dia mengatakan jika Republik Islam tidak memberlakukan pembatasan yang sama seperti tahun lalu, upacara peringatan mengenang putrinya akan diadakan pada Minggu (15/9) “sebagai tanggapan atas seruan dan permintaan publik.”
Mahsa (Jina) Amini meninggal pada 16 September 2022 di Rumah Sakit Kasra di Teheran, hanya beberapa hari setelah dia ditahan oleh polisi moral. Amini awalnya ditangkap karena diduga melanggar hukum Iran yang mewajibkan perempuan mengenakan jilbab.
Kematiannya memicu protes luas di seluruh Iran, dengan demonstrasi meletus di jalan-jalan, universitas dan sekolah yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Selama tindakan keras pemerintah terhadap protes nasional pada 2022, ratusan warga terbunuh, dan ribuan lainnya terluka atau ditangkap.
Menjelang peringatan kedua kematian Amini dan dimulainya protes nasional berikutnya, pihak berwenang di Republik Islam itu tidak hanya meningkatkan tekanan terhadap keluarga yang berduka, pembela hak-hak sipil dan aktivis politik, tetapi juga telah menahan banyak warga di berbagai kota di Iran.
Aida Shakarami, saudara perempuan Nika Shakarami, seorang remaja berusia 16 tahun yang terbunuh dalam demonstrasi nasional pada 2022, baru-baru ini mengatakan bahwa “tingkat kejahatan yang dilakukan oleh Republik Islam selama protes pada 2022 jauh lebih besar daripada apa yang diungkapkan kepada publik hingga saat ini."
Menjelang peringatan kedua protes nasional pada 2022, beberapa organisasi mahasiswa dan mahasiswa di Iran mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali pendirian mereka terhadap “rezim yang tidak manusiawi ini.” Mereka bertekad untuk “terus-menerus menantang” dan “menggulingkan” rezim tersebut.
Dalam pernyataannya, para mahasiswa menyatakan: “Kami tidak memaafkan atau melupakan, menyatakan penyesalan, atau takut, atau mundur. Cepat atau lambat, Republik Islam akan dibongkar oleh gerakan revolusioner yang mengalir melalui pembuluh darah masyarakat.” [ft/ah]