Tautan-tautan Akses

Bawa Bukti Sumbangan Pembelian Pesawat, Nyak Sandang Bertemu Jokowi


Nyak Sandang, warga Aceh (91 tahun) saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu malam (21/3). (Courtesy: Setpres RI)
Nyak Sandang, warga Aceh (91 tahun) saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu malam (21/3). (Courtesy: Setpres RI)

Ditemani dua putranya, Nyak Sandang – warga Aceh berusia 91 tahun – Rabu malam (21/3) bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Sambil menunjukkan bukti sumbangan pembelian pesawat, tanda cintanya pada negara, ia menyampaikan tiga permohonan.

Hampir 70 tahun lalu, tepatnya pada 16 Juni 1948, Presiden Sukarno membangkitkan nasionalisme rakyat Serambi Mekah. Di Hotel Kutaraja, Banda Aceh, dengan lantang presiden pertama Indonesia itu menyampaikan niatnya membeli pesawat terbang untuk melanjutkan perjuangan mempersatukan negeri. Bahu-membahu rakyat Aceh mengumpulkan sumbangan, mulai dari hasil pertanian, ternak dan perhiasan; yang totalnya setara dengan SGD 120 ribu dan 20 kilogram emas, yang kemudian digunakan untuk membeli dua pesawat jenis Dakota.

Pesawat yang kemudian diberi nama RI-001 dan RI-002 Seulawah ini menjadi pesawat angkut pertama di Indonesia. Pesawat Seulawah, yang berarti “Gunung Emas” ini, menjadi sarana transportasi Sukarno di era perjuangan itu, dan sekaligus mendorong dibukanya jalur penerbangan Jawa-Sumatera, bahkan hingga ke luar negeri. Pesawat ini menjadi cikal bakal maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Nyak Sandang Sumbang 100 Rupiah untuk Bantu Beli Pesawat Seulawah

Di antara mereka yang memberi sumbangan pada Sukarno pada tahun 1948 itu adalah Nyak Sandang, yang ketika itu baru berusia 23 tahun. Bersama kedua orang tuanya, ia menjual sepetak tanah dan 10 gram emas, yang semuanya dihargai senilai 100 rupiah. Ia menyerahkan uang itu kepada negara. Dua tahun kemudian ia juga membeli obligasi pemerintah. Bukti pembelian itu dibawanya ke Istana Merdeka, Jakarta, Rabu malam (21/3) ketika ia bertemu Presiden Joko Widodo.

Ditemani kedua anaknya, Maturidi dan Khaidar, Nyak Sandang yang hampir sudah tidak bisa melihat, menunjukkan bukti sumbangan untuk membeli pesawat terbang pertama, RI-001 dan RI-002 Seulawah. Kertas tanda bukti itu sudah lusuh, tetapi ketikannya masih jelas terbaca. “Tanda Penerimaan Pendaftaran” demikian judul bukti pembayaran tertanda tahun 1950 yang ditandatangani oleh bupati, atas nama pemimpin bank negara.

Bukti sumbangan Nyak Sandang pada negara untuk membantu membeli pesawat pertama Indonesia, RI-001 dan RI-002 Seulawah, di Banda Aceh. (Courtesy: Setpres RI)
Bukti sumbangan Nyak Sandang pada negara untuk membantu membeli pesawat pertama Indonesia, RI-001 dan RI-002 Seulawah, di Banda Aceh. (Courtesy: Setpres RI)

“Ini Pak Jokowi Ayah,” ujar Maturidi, yang menjadi penerjemah selama perbincangan dengan presiden, sambil mengarahkan tangan ayahnya ke tangan presiden. Ditambahkannya, “ia senang sekali bisa bertemu presiden.”

Presiden Joko Widodo Berupaya Penuhi Permohonan Nyak Sandang

Di luar kebiasaan, Presiden Joko Widodo tidak sekedar menyalami dan duduk di dekat Nyak Sandang yang menggunakan kursi roda, tetapi juga bersimpuh di hadapan “Ayah”, julukan warga kampung padanya, menunjukkan rasa hormat seorang anak. Jokowi membaca bukti pembayaran yang ditunjukkan kepadanya.

Setelah berbincang sejenak tentang kesehariannya, dengan suara perlahan Nyak Sandang menyampaikan tiga permohonan, antara lain bantuan untuk operasi katarak.

“Baik nanti saya uruskan untuk operasi kataraknya,” jawab presiden cepat. “Katarak khan operasi ringan. Besok tolong di cek ke rumah sakit untuk kataraknya," tambah Jokowi.

Presiden Joko Widodo menyimak penuturan Nyak Sandang dengan seksama langsung di hadapannya, dalam pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu malam (21/3). (Courtesy: Setpres RI)
Presiden Joko Widodo menyimak penuturan Nyak Sandang dengan seksama langsung di hadapannya, dalam pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu malam (21/3). (Courtesy: Setpres RI)

Soal permintaan kedua agar dibuatkan masjid di kampungnya di Lamno, Aceh, presiden mengatakan akan mengirim tim untuk memeriksa kondisi di sana.

Dengan tersenyum lega, Nyak Sandang menyampaikan permohoan ketiga perlahan-lahan. “Ingin naik haji Pak. Kalau bisa tahun ini karena sudah tua,” demikian Maturidi menerjemahkan permohonan terakhir ayahnya.

Sambil memegang tangan “Ayah”, Jokowi mengatakan akan mengupayakannya. “Mengingat haji khan ada antriannya, nanti saya bicarakan dengan menteri agama,” tutur Jokowi. Sambil menunggu kepastian keberangkatan, presiden menawarkan untuk umroh terlebih dahulu.

Nyak Sandang diketahui memiliki seorang istri, Fatima, yang kini berusia 88 tahun dan juga sakit-sakitan. Mereka memiliki tujuh anak. Keduanya kini menghabiskan waktu bersama cucu, dan dirawat oleh anak-anak yang tinggal berdampingan dengannya.

“Terima kasih Bapak Presiden sudah punya waktu untuk kami,” ujar Nyak Sandang sambil menyalami Jokowi terakhir kali sebelum pulang.

Monumen Seulawah di Banda Aceh, Pesawat Asli di TMII

Berkat jasa rakyat Aceh membantu pembelian pesawat pertama RI-001 dan RI-002 Seulawah, TNI Angkatan Udara memprakarsai berdirinya monumen pesawat itu di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Sementara pesawat Dakota yang asli hingga kini masih terjaga rapi di Taman Mini Indonesia Indah. [em/al]

Recommended

XS
SM
MD
LG