Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Jumat (19/7) mengatakan bahwa Iran mampu memproduksi bahan fisil untuk digunakan dalam senjata nuklir dalam waktu “satu atau dua minggu."
Berita tentang kemampuan Iran itu menyusul terpilihnya Presiden Masoud Pezeshkian baru-baru ini, yang mengatakan tujuannya adalah untuk "mengeluarkan Iran dari isolasinya." Pezeshkian juga mendukung dihidupkannya kembali perjanjian nuklir yang disepakati pada 2015 antara Iran dan negara-negara besar.
Blinken mengatakan bahwa “apa yang kita lihat dalam beberapa minggu dan bulan terakhir adalah Iran benar-benar mengalami kemajuan” dengan program nuklirnya.
Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada 2018, yang dirancang untuk mengatur aktivitas atom Iran dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.
Berbicara di forum keamanan di Colorado, Blinken menyalahkan runtuhnya perjanjian nuklir sebagai penyebab percepatan kemampuan Iran.
“Alih-alih setidaknya satu tahun lagi untuk mencapai kapasitas produksi bahan fisil untuk senjata nuklir, (Iran) sekarang mungkin satu atau dua minggu lagi untuk mencapai hal itu,” kata Blinken.
Dia menambahkan, Iran belum mengembangkan senjata nuklir.
Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri mengatakan kepada stasiun televisi CNN pada awal pekan ini bahwa negaranya tetap berkomitmen pada perjanjian yang dikenal sebagai JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
“Kami masih menjadi anggota JCPOA. Amerika belum bisa kembali ke JCPOA, sehingga tujuan yang kami kejar adalah menghidupkan kembali perjanjian 2015,” ujarnya. “Kami tidak mencari kesepakatan baru.”
Bagheri menambahkan bahwa: "Baik saya maupun siapa pun di Iran belum berbicara dan tidak akan membicarakan perjanjian baru. Kami memiliki perjanjian (ditandatangani) pada 2015."
Blinken membuat pernyataan itu hanya beberapa hari setelah muncul laporan bahwa Dinas Rahasia AS meningkatkan pengamanan bagi calon presiden dari Partai Republik Donald Trump beberapa minggu lalu, setelah pihak berwenang mengetahui dugaan rencana Iran untuk membunuhnya. [ft/ah]