Banyak jurnalis yang bekerja dalam kondisi berbahaya, dimana keamanan merupakan keprihatinan yang utama. Sayangnya, evolusi teknologi dan perampingan di kantor-kantor media telah menyebabkan banyak wartawan bekerja paruh waktu atau sebagai pekerja kontrak, tanpa bantuan kelembagaan yang dinikmati jurnalis yang merupakan pegawai tetap.
Akibatnya, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), sebuah lembaga independen yang mengkampanyekan kebebasan pers di seluruh dunia, menyatakan bahwa para jurnalis perlu mencari cara baru untuk tetap selamat.
CPJ mengatakan bahwa profesi dan ancaman yang dihadapi jurnalis telah berubah secara dramatis pada dekade terakhir. Teknologi digital memungkinkan banyak “jurnalis warga” untuk meliput sendiri, dan makin banyak pemerintahan, serta kelompok lainnya, yang melakukan tindakan berbahaya terhadap siapapun yang ingin mendokumentasikan suatu peristiwa.
Di Suriah, koresponden perang Amerika yang berpengalaman, Marie Colvin, tewas Februari lalu, berikut fotografer Perancis Remi Ochlik.
Roy Gutman dari grup media McClatchy Newspapers mengatakan bahwa para jurnalis seringkali mengambil risiko dalam meliput sebuah berita. Bahkan mereka yang tahu peraturan tidak selalu dapat melindungi dirinya sendiri, ujarnya.
“Para jurnalis telah menyadari bahwa mereka adalah target, dan mereka tidak dilindungi siapapun, jadi mereka sebaiknya mencari perlindungan sendiri,” ujar Gutman lewat Skype di Istanbul.
Koresponden asing VOA Peter Heinlein ditahan di Etiopia Mei lalu saat mencoba mewawancarai para demonstran dalam suatu protes. Ia mengatakan jurnalisme merupakan pekerjaan yang semakin berbahaya sekarang ini.
“Situasi di lapangan sekarang ini semakin canggih dalam membuat jurnalis bingung, menghentikan mereka, dan mencegah mereka meliput berita,” ujar Heinlein.
Persiapan Keselamatan
Panduan Keamanan Jurnalis baru yang dikeluarkan oleh CPJ mencakup secara garis besar persiapan dasar yang perlu dilakukan jurnalis baru, seperti membuat rencana masuk dan keluar dari situasi berbahaya, menavigasi birokrasi asing saat terluka atau ditahan, dan evaluasi ancaman untuk jurnalis dari semua level pengalaman.
Panduan ini juga memberikan saran untuk keamanan digital. Penasihat CPJ senior Frank Smyth mengatakan bahwa ada hal-hal yang baru disadari oleh para jurnalis akhir-akhir ini.
“… bahwa mereka harus melindungi informasi dalam perangkat teknologi mereka, melindungi semua cara komunikasi, baik surat elektronik, telepon, telepon genggam, dengan para sumber,” ujar Smyth.
Panduan tersebut juga menekankan pentingnya merawat emosi, mengenali dan mengatasi trauma yang dapat mengikuti penugasan berbahaya, termasuk serangan seksual.
Perlindungan Emosional
Ketua koresponden asing ABC News, Martha Raddatz, mengatakan jurnalis yang baik harus memiliki empati, sekaligus mekanisme untuk mengatasi kenangan menyakitkan mengenai apa yang mereka lihat di lapangan.
“Baru-baru ini, saya pergi dengan keluarga saya dan ada anak kecil yang berlarian ke sana kemari. Anak perempuan saya berkata, ‘lihat, ambil bayi saya, ambil bayi saya,’ dan ingatan saya langsung kembali pada Etiopia pada awal 1980an selama kelaparan terjadi. Saya ingat perempuan-perempuan yang mengasongkan bayi-bayi mereka pada saya karena mereka kelaparan dan hampir mati,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat itulah, ketika jurnalis ada “di momen seperti itu”, mereka harus sangat waspada.
Raddatz setuju bahwa keamanan dalah fungsi utama dari menjadi jurnalis. Ia mengatakan bahwa panduan CPJ memberikan masukan-masukan penting mengenai bagaimana melindungi diri sendiri, para sumber dan pekerjaan mereka. Namun pada akhirnya, menurut Raddatz, para jurnalis harus punya rasa keamanan sendiri untuk melakukan pekerjaannya dan tetap hidup untuk menceritakan peristiwa. (VOA/Vivian Chakarian)
Akibatnya, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), sebuah lembaga independen yang mengkampanyekan kebebasan pers di seluruh dunia, menyatakan bahwa para jurnalis perlu mencari cara baru untuk tetap selamat.
CPJ mengatakan bahwa profesi dan ancaman yang dihadapi jurnalis telah berubah secara dramatis pada dekade terakhir. Teknologi digital memungkinkan banyak “jurnalis warga” untuk meliput sendiri, dan makin banyak pemerintahan, serta kelompok lainnya, yang melakukan tindakan berbahaya terhadap siapapun yang ingin mendokumentasikan suatu peristiwa.
Di Suriah, koresponden perang Amerika yang berpengalaman, Marie Colvin, tewas Februari lalu, berikut fotografer Perancis Remi Ochlik.
Roy Gutman dari grup media McClatchy Newspapers mengatakan bahwa para jurnalis seringkali mengambil risiko dalam meliput sebuah berita. Bahkan mereka yang tahu peraturan tidak selalu dapat melindungi dirinya sendiri, ujarnya.
“Para jurnalis telah menyadari bahwa mereka adalah target, dan mereka tidak dilindungi siapapun, jadi mereka sebaiknya mencari perlindungan sendiri,” ujar Gutman lewat Skype di Istanbul.
Koresponden asing VOA Peter Heinlein ditahan di Etiopia Mei lalu saat mencoba mewawancarai para demonstran dalam suatu protes. Ia mengatakan jurnalisme merupakan pekerjaan yang semakin berbahaya sekarang ini.
“Situasi di lapangan sekarang ini semakin canggih dalam membuat jurnalis bingung, menghentikan mereka, dan mencegah mereka meliput berita,” ujar Heinlein.
Persiapan Keselamatan
Panduan Keamanan Jurnalis baru yang dikeluarkan oleh CPJ mencakup secara garis besar persiapan dasar yang perlu dilakukan jurnalis baru, seperti membuat rencana masuk dan keluar dari situasi berbahaya, menavigasi birokrasi asing saat terluka atau ditahan, dan evaluasi ancaman untuk jurnalis dari semua level pengalaman.
Panduan ini juga memberikan saran untuk keamanan digital. Penasihat CPJ senior Frank Smyth mengatakan bahwa ada hal-hal yang baru disadari oleh para jurnalis akhir-akhir ini.
“… bahwa mereka harus melindungi informasi dalam perangkat teknologi mereka, melindungi semua cara komunikasi, baik surat elektronik, telepon, telepon genggam, dengan para sumber,” ujar Smyth.
Panduan tersebut juga menekankan pentingnya merawat emosi, mengenali dan mengatasi trauma yang dapat mengikuti penugasan berbahaya, termasuk serangan seksual.
Perlindungan Emosional
Ketua koresponden asing ABC News, Martha Raddatz, mengatakan jurnalis yang baik harus memiliki empati, sekaligus mekanisme untuk mengatasi kenangan menyakitkan mengenai apa yang mereka lihat di lapangan.
“Baru-baru ini, saya pergi dengan keluarga saya dan ada anak kecil yang berlarian ke sana kemari. Anak perempuan saya berkata, ‘lihat, ambil bayi saya, ambil bayi saya,’ dan ingatan saya langsung kembali pada Etiopia pada awal 1980an selama kelaparan terjadi. Saya ingat perempuan-perempuan yang mengasongkan bayi-bayi mereka pada saya karena mereka kelaparan dan hampir mati,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat itulah, ketika jurnalis ada “di momen seperti itu”, mereka harus sangat waspada.
Raddatz setuju bahwa keamanan dalah fungsi utama dari menjadi jurnalis. Ia mengatakan bahwa panduan CPJ memberikan masukan-masukan penting mengenai bagaimana melindungi diri sendiri, para sumber dan pekerjaan mereka. Namun pada akhirnya, menurut Raddatz, para jurnalis harus punya rasa keamanan sendiri untuk melakukan pekerjaannya dan tetap hidup untuk menceritakan peristiwa. (VOA/Vivian Chakarian)