Dalam jumpa pers mingguan di kantornya (Kamis 8/6), juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menjelaskan Mahathir akan berada di Indonesia 28-29 Juni.
Lawatan Mahathir ke Indonesia juga merupakan kunjungan perdananya ke luar negeri setelah menjadi perdana menteri Malaysia lagi.
Arrmanatha mengatakan, Presiden Joko Widodo dan Mahathir akan melakukan pertemuan bilateral besok di Istana Bogor, Jawa Barat. Ada beberapa isu akan dibahas dalam pertemuan kedua pemimpin tersebut, termasuk soal kerjasama ekonomi terutama di bidang perdagangan dan investasi.
“Hal ini mengingat bahwa perdagangan kedua negara pada tahun 2017 mencapai sekitar US$ 17,2 miliar dan Malaysia merupakan mitra nomor tujuh Indonesia terbesar pada perdagangan. Dalam konteks investasi, Malaysia merupakan mitra terbesar kedelapan tahun 2017 dengan nilai sekitar US$ 1,2 miliar,” ujar Armanantha.
Selain itu, lanjut Arrmanatha, isu lain yang menjadi perhatian Indonesia dalam pertemuan Joko Widodo dan Mahathir adalah perlindungan warga negara Indonesia. Sebab, terdapat 2,5 juta warga Indonesia bermukim di Malaysia .
“Yang ketiga menjadi perhatian adalah kemitraan Indonesia-Malaysia dalam untuk memperjuangkan akses pasar kelapa sawit, khususnya dalam menghadapi berbagai tantangan di Uni Eropa sekarang untuk produk kelapa sawit,” lanjut Armanatha.
Arrmanatha menekankan Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kepala sawit terbesar di dunia, sehingga kemitraan kedua negara sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan.
Isu-isu kawasan dan global, lanjut Arrmanatha, juga akan menjadi bahasan dalam pertemuan dengan Mahathir, termasuk soal ASEAN dan Palestina.
Arrmanatha mengungkapkan Presiden Joko Widodo menjemput langsung pemimpin berusia 92 tahun itu. Penjemputan langsung oleh Presiden Jokowi merupakan bentuk penghormatan kepada pemimpin yang dituakan.
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Bandung Teuku Rezasyah menilai hubungan Indonesia dan Malaysia di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad akan semakin baik.
Mahathir, kata Teuku Rezasyah ingin menyelesaikan masalah-masalah hubungan bilateral yang belum selesai atau masih mengganjal antara kedua negara seperti tenaga kerja Indonesia di Malaysia, pekerja ilegal dan sejumlah masalah lain.
“Patut diakui kita mempunyai masalah laten dengan Malaysia, TKI, pelintas batas, illegal migrant dan lain-lain. Mahathir akan datang dengan suatu keyakinan sekiranya ada masalah yang mengganjal, kiranya masanya untuk diselesaikan,” ujar Teuku Rezasyah.
Teuku Rezasyah berharap pertemuan antara Mahathir dan Presiden Jokowi juga membahas soal Laut China Selatan dimana Malaysia memiliki klaim atas sebagian Laut China Selatan terutama di pulau Layang-Layang. [fw/ii]