Pertemuan ini bertujuan untuk belajar dari pengalaman Indonesia menyelesaikan konflik dengan cara damai. Delegasi perunding MILF juga akan bertemu dengan sejumlah kalangan lainnya untuk menerima berbagai masukan guna menyelesaikan konflik panjang yang berlangsung antara Suku Bangsa Moro dengan Pemerintah Pusat Filipina.
Pertemuan delegasi MILF dengan ketua MPR-RI yang difasilitasi oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin ini, berlangsung Kamis pagi (23/2), di kediaman Taufik Kiemas, kawasan Menteng, Jakarta.
“Delegasi Moro Islamic Liberation Front (MILF) ini datang sebagai tamu Muhammadiyah untuk mendapatkan nasihat dan saran-saran bagi proses perdamaian di Filipina. Perlu diketahui MILF ini bukan kelompok ekstrimis ya, mereka kelompok biasa, namun menggunakan nama Islam karena memang mayoritas bangsa Moro yang 30 persen dari penduduk Filipina itu adalah Muslim,” ujar Din Syamsudin.
Menurut Din, Muhammadiyah sebagai anggota ICG (International Contact Group) yaitu lembaga pendamping mediasi perdamaian antara Suku Bangsa Moro dan Filipina, berkepentingan untuk mendorong perdamaian di wilayah itu demi stabilitas kawasan Asia Tenggara.
Din Syamsudin menambahkan, “Terakhir ini ada negosiasi, ada pembicaraan damai antara pemerintah Filipina dengan MILF. Kebetulan Muhammadiyah adalah salah satu anggota dari ICG (International Contact Group) bersama 4 pemerintah lainnya yaitu; Inggris, Jepang, Turki dan Saudi Arabia dan 4 organisasi Internasional yaitu; The Asia Foundation, Humanitarian Dialog Center, Consoliation Resources dan Muhammadiyah.”
Kepada wartawan seusai pertemuan, Din Syamsuddin menjelaskan pertemuan dengan Taufik Kiemas ini digagas, karena pihaknya menganggap Taufik Kiemas berhasil menjadi juru damai dalam beberapa kasus.
“Kita amati dan kita saksikan, beliau telah menjadi menjadi juru damai dalam beberapa kasus,” kata Din Syamsudin.
Sementara, Taufik Kiemas mengatakan konflik yang terjadi antara MILF dan Pemerintah Filipina itu disebabkan adanya perebutan penguasaan hasil tambang minyak di wilayah Filipina Selatan. Menurutnya MILF lebih baik menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan damai.
"Pada hakikatnya, MILF ini ingin berdamai, mereka ingin tetap ada di negara Filipina. Tapi kalau bisa pembagian rezekinya diatur sedemikian rupa agar bisa saling mencukupi keperluan Filipina maupun keperluan bangsa Moro sendiri. Saya senang bahwa mereka akan tetap mengupayakannya dengan cara damai,” kata Taufik Kiemas.
MILF mewakili bangsa Moro yang penduduknya mencapai 30 persen dari penduduk Filipina, tersebar di 21 provinsi, di wilayah selatan Filipina yang kaya akan bahan tambang.
Delegasi perunding perdamaian MILF ini beranggotakan 7 orang. Selain bertemu dengan ketua MPR, delegasi ini juga akan bertemu dengan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan bertolak ke Roma, Italia, awal Maret mendatang. Mereka akan bertemu dengan Organisasi Masyarakat Katolik terbesar, yaitu Sant’Egidio.