Di daerah sekitar Kota Washington, D.C. yang mencakup negara bagian Virginia dan Maryland terdapat 12 gereja Indonesia. Data dari Fellowship of Indonesian Ministries in America (FIMA) menyebutkan bahwa ke-12 gereja itu dari berbagai denominasi umat Kristiani: Presbyterian, Advent, Pantekosta dan Bethany.
Cynthia Londah Kekung adalah pendeta dari Emmanuel Indonesian Presbyterian Church. Kepada VOA, ia menjelaskan bahwa perbedaan dari berbagai denominasi yang terdapat dalam gereja-gereja Indonesia itu tidak signifikan. Hanya dilihat dari unsur-unsur liturgi dan cara ibadahnya.
Ia mencontohkan gereja Presbyterian yang ia layani. Itu adalah gereja tradisional yang menggunakan hymnal dalam beribadah. Seiring berjalannya waktu, gereja itu terbuka untuk lagu-lagu kontemporer bagi generasi muda. Namun, kata Cynthia, ia tidak merasakan ada perbedaan.
“Pada dasarnya semua menyembah Tuhan,” cetusnya. Baginya, perayaan Natal bersama ini “Untuk dirayakan bersama-sama, sangat penting bagi saya dan kami merasakan itu semua, bahwa walaupun di masing-masing gereja merayakan Natal dengan jemaat masing-masing, tetapi itulah kebersamaan. Saat kami menyembah Tuhan yang sama, mengalami kasih bersama, persekutuan yang sama, dan semakin mempererat persekutuan di antara jemaat sebagai diaspora.”
Tahun ini perayaan Natal bersama diadakan di St.Luke Episcopal Church di daerah Bethesda, negara bagian Maryland. Ini pertama kalinya acara tersebut diadakan di sebuah gereja, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang diadakan di ruang serba guna Wisma Indonesia yang merupakan tempat kediaman Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika.
Kepada VOA, ketua panitia perayaan bersama Natal 2024 Sandra Suryanto menjelaskan bahwa kepentingan akomodasi dan akses menjadi alasan acara kali ini pindah tempat.
“Karena kita lihat setiap tahun jumlah yang hadir bertambah. Dan kalau dilihat untuk tahun ini, sepertinya di wisma tidak akan bisa menampung kapasitas dari jemaat yang akan hadir. Makanya kami dari panitia memilih untuk mencari tempat yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dan kita dapat di tempat strategis, jadi memudahkan teman-teman yang mau hadir untuk beribadah, lebih gampang aksesnya,” ujar Sandra.
Namun yang tetap sama adalah bahwa perayaan Natal dan ibadah selalu melibatkan hampir semua komunitas dari berbagai gereja Indonesia di wilayah Washington, D.C. dan sekitarnya. Para pemimpin ibadah bisa berbeda setiap tahun namun perayaan tetap berjalan, dengan tema tahun ini “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem.”
Tema tersebut disepakati organisasi keagamaan Kristiani di tanah air yaitu Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) mewakili umat Kristen Protestan dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mewakili umat Katolik. Tahun ini giliran Romo Dionisius Aditya, Pastor Keluarga Katolik Indonesia Washington, D.C. untuk memimpin ibadah.
“Jadi gereja melalui PGI dan KWI mengajak semuanya untuk memaknai Natal di tengah kebiasaan hidup kita. Yang sebenarnya biasa-biasa saja, keluarga kita yang biasa, tempat kerja kita yang begitu-begitu saja, tetapi kita juga bisa menemukan suka cita, menemukan Yesus juga di tengah-tengah itu,” ungkap Romo Dionisius Aditya dari Gereja KKI.
Ketua Fellowship of Indonesian Ministries in America (FIMA) atau Persekutuan Pendeta-Pendeta Indonesia di Amerika, Pendeta Robinson Tulenan, mengutarakan seputar kerukunan beragama yang ia rasakan dalam perayaan Natal bersama tersebut.
“Yang berkesan adalah ketika kita melihat bahwa dalam setiap perayaan Natal masyarakat Kristiani Indonesia, selalu kita kolaborasi, baik dari pihak Kristen sebagai yang punya acara, tetapi juga yang hadir itu bukan hanya dari Kristen, tetapi dari umat Muslim, dari Hindu, dari Budha dan lain sebagainya. Itulah yang membuat keanekaragaman, itulah yang membawa satu semangat penting tentang toleransi, tidak ada lagi sekat, tetapi saling mengingatkan bahwa kita itu bersaudara,” kata Pendeta Robinson.
Nilai persaudaraan itu juga yang diutarakan oleh Fahmi Alli Sarosa, Koordinator Fungsi Politik dan Ekonomi KBRI Washington, D.C. yang turut hadir di acara perayaan bersama tersebut.
“Di manapun kita berada, Bhinneka Tunggal Ika, yang juga dilalah sama yah, mirip dengan motto nya Amerika Serikat, E Pluribus Unum, berbeda-beda tapi tetap satu jua, saya kira ini hal yang sama. Mau di Indonesia atau Amerika Serikat, warga negara kita memiliki ciri kekompakan, kebersamaan, yang sudah merupakan ciri khas ya.”
Mereka yang hadir dalam acara itu, antara lain Raffles Delima, mengaku bisa merasakan semangat persatuan, beribadah, dan menikmati kebersamaan.
“Ini acaranya bagus ya karena bisa menyatukan semua masyarakat Indonesia yang ada di Washington, D.C. lah. Jadi, malam ini kita saling ketemu satu sama lain yang ada di DC, Virginia, Maryland,” kata Rafles.
Nova Tirajoh juga hadir dalam perayaan itu. Menurutnya, lebih seru merayakan Natal dengan sesama umat Kristiani Indonesia, berbeda dengan merayakan bersama masyarakat Amerika pada umumnya.
“Kalau gereja Indonesia itu mulai dari awal Desember sampai akhir Desember, kita merayakan Natal. Itu bedanya. Kalau gereja Indonesia, kita tuh lebih merasa kayaknya dekat, bisa berbagi berkat,” pungkas Nova. [aa/ka]
Forum