Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hong Lei mengatakan Presiden Sudan Omar al-Bashir akan melakukan kunjungan resmi ke Tiongkok pada tanggal 27 Juni.
Hong mengatakan dalam kunjungannya itu, Presiden Bashir akan bertemu Presiden Hu Jianto dan petinggi-petinggi Tiongkok lainnya.
Ia mengatakan Tiongkok dan Sudan punya apa yang disebutnya hubungan persahabatan, dan kerap saling mengunjungi, khususnya dalam beberapa tahun terakhir.
Mahkamah Kejahatan Internasional mengeluarkan perintah penangkapan Presiden Bashir atas tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang di kawasan Darfur, Sudan barat. Namun, Presiden Bashir sudah berulang kali bepergian ke luar negeri, tetapi tidak ditangkap.
Di Beijing hari Kamis, Hong mengatakan volume perdagangan Tiongkok dengan Sudan mencapai titik yang sekarang menjadikan negara itu mitra dagang ketiga terbesar Tiongkok di Afrika.
Tiongkok punya kerjasama minyak yang luas dengan Sudan, yang dipandang banyak negara Barat sebagai negara yang dikucilkan. Kerjasama ekonomi antara kedua negara itu juga termasuk proyek pengairan, pembangkit tenaga listerik, telekomunikasi dan infrastruktur.
Sementara itu, Hong mengatakan Tiongkok akan memainkan peran positif dalam mendorong perdamaian dan rekonsiliasi di Sudan.
Ia menyebutkan proses perdamaian Sudan utara dan selatan serta masalah Darfur khususnya. Ia mengatakan Tiongkok ingin menyaksikan pelaksanaan persetujuan damai yang meluas di Sudan, serta perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.
Berita rencana kunjungan Presiden Bashir ke Tiongkok muncul setelah Malaysia mengatakan Presiden Bashir tidak akan menghadiri forum ekonomi tiga hari yang dimulai hari Minggu. Minggu ini kelompok-kelompok HAM menekan Malaysia agar membatalkan undangannya atau menangkap Presiden Bashir ketika ia tiba di sana.
Dalam siaran televisi pemerintah, Pemerintah Malaysia mengatakan bahwa Presiden Bashir tidak akan menghadiri konferensi itu karena kesibukan lain.
