Setelah serangan Israel selama beberapa hari terhadap ibu kota, Beirut, dan kota-kota lain di Lebanon, serta tembakan roket dari kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran ke arah Israel, gencatan senjata antara pihak-pihak yang berperang tercapai. Kesepakatan ini dipuji Presiden Amerika Joe Biden pada hari Selasa.
Biden mengatakan, “Efektif pukul 4 pagi besok (Rabu 27/11, red.) waktu setempat, pertempuran di seluruh perbatasan Lebanon – Israel akan berakhir, akan berakhir. Ini dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen.”
Biden berbicara setelah PM Israel Benjamin Netanyahu berpidato sebelumnya juga pada hari Selasa. Netanyahu menyetujui gencatan senjata setelah bentrokan lintas batas selama setahun lebih yang dimulai oleh Hizbullah terkait perang di Gaza, di mana Israel memerangi Hamas, kelompok lain yang didukung Iran.
Kata Netanyahu, “Dengan pengertian penuh dari Amerika Serikat, kami mempertahankan kebebasan penuh tindakan militer. Jika Hizbullah melanggar kesepakatan dan berupaya mempersenjatai diri, kami akan menyerang. Jika kelompok itu berupaya membangun kembali infrastruktur teroris di dekat perbatasan, kami akan menyerang.”
Netanyahu mengatakan Israel perlu kembali berfokus pada operasinya di Gaza setelah serangan teror mematikan oleh Hamas terhadap Israel pada Oktober tahun lalu, dan juga ancaman yang ditimbulkan oleh Iran.
Tetapi tidak ada indikasi bahwa gencatan senjata di Lebanon akan mengarah pada gencatan senjata di Gaza maupun pembebasan orang-orang Israel yang disandera oleh Hamas.
Biden menambahkan, “Selama beberapa hari mendatang, Amerika Serikat akan membuat upaya lain dengan Turki, Mesir, Qatar, Israel dan yang lain-lainnya, untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.”
Dalam pidato di sebuah forum PBB pada hari Selasa, Iran menuduh pemerintah Israel melakukan kejahatan perang dan genosida serta menyambut baik surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional terkait perang di Gaza.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengemukakan, “Kita semua wajib, berdasarkan hukum internasional, untuk membantu orang-orang Palestina dalam perjuangan mereka yang sesuai hukum dan sah untuk mengamankan hak mereka menentukan nasib sendiri dalam melawan pendudukan dan apartheid.”
Sementara itu, Turki dan China, Rabu (27/11) menyatakan menyambut baik kesepakatan gencatan senjata tersebut. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki mengharapkan semua pihak, khususnya Israel, untuk memenuhi kewajiban “menjaga perdamaian di lapangan.” Sewaktu berpidato di hadapan para anggota partainya yang berkuasa, ia menambahkan bahwa Turki siap berkontribusi dalam mengupayakan gencatan senjata yang permanen di Gaza.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning selain memuji juga mengatakan bahwa pada saat yang sama, “China percaya kegagalan mencapai gencatan senjata di Gaza adalah akar dari kekacauan yang terjadi di Timur Tengah saat ini.” Oleh karena itu ia menyerukan semua pihak agar terus bekerja sama “mendorong gencatan senjata yang komprehensif dan langgeng di Gaza sesegera mungkin.”
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, pasukan Israel akan mundur ke selatan perbatasan Lebanon-Israel, sedangkan Hizbullah akan pindah ke utara Sungai Litani.
Rencana ini juga meminta militer Lebanon, yang tidak terlibat dalam pertempuran Israel-Hizbullah, untuk berpatroli di wilayah antara kedua pihak yang berperang. Amerika Serikat dan Prancis akan membantu memantau pelanggaran gencatan senjata. [uh/ab]
Forum