Laporan Departemen Perdagangan AS Rabu (29/4) mengatakan, produk domestik bruto (PDB) meningkat pada laju tahunan 0,2 persen.
Angka itu jauh lebih lambat dibanding kuartal terakhir tahun 2014 yang mencapai laju 2,2 persen. PDB adalah jumlah semua barang dan jasa yang diproduksi sebuah negara dan merupakan pengukur kesehatan ekonomi paling luas.
Para pakar menduga pelambatan pertumbuhan ini diakibatkan oleh sangat buruknya cuaca musim dingin, dan aksi pemogokan yang menghentikan arus lalu-lintas barang yang biasanya ramai di pelabuhan-pelabuhan di Pantai Barat Amerika.
Sebelum laporan terakhir PDB, the National Association for Business Economics, menyurvei para pengamat ekonomi utama di perusahaan-perusahaan di seluruh Amerika dan menemukan harapan bagi “pertumbuhan ekonomi yang kokoh” tetap ada, meskipun ada “kekecewaan” dalam data ekonomi belakangan ini. Juru bicara Ken Simonson mengatakan, pertumbuhan mungkin akan pulih karena masalah-masalah cuaca dan tenaga kerja telah terpecahkan.
Nilai dolar yang relatif tinggi juga merugikan PDB karena memperlemah ekspor dan meningkatkan impor Amerika. Dolar yang tinggi menjadikan produk buatan Amerika lebih mahal di pasar global, sementara produk-produk impor lebih memikat para pembeli Amerika.
Penasehat ekonomi Gedung Putih, Jason Furman mengatakan, ekspor yang lamban merugikan Amerika dan pertumbuhan secara keseluruhan. Ia juga mengatakan, jatuhnya harga minyak secara drastis merugikan investasi sarana energi, yang lebih jauh menghambat pertumbuhan.
Furman mengatakan, konsumen Amerika lebih suka menyimpan daripada membelanjakan uang yang mereka hemat karena harga bensin yang lebih murah. Ia mengatakan, penghematan karena biaya energi yang lebih murah bisa menjadi sumber pengeluaran konsumen dan pertumbuhan pada masa depan.