Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memperingatkan Israel agar tidak membiarkan perangnya dengan Hamas yang didukung Iran di Gaza menyebar ke Hizbullah di Lebanon dan Iran. Namun, Israel kini bertempur di Lebanon dan bertekad membalas serangan rudal Iran, sehingga banyak yang khawatir perang terbuka akan segera meletus.
VOA - Israel, Rabu (2/10), kembali melancarkan serangan ke Beirut, menyasar Hizbullah di Lebanon.
Di Damaskus, media pemerintah Suriah mengatakan tiga warga sipil tewas dalam serangan Israel, Selasa (1/10). Lebih banyak serangan dilaporkan di ibu kota Suriah pada Rabu.
Pada Selasa (1/10), Iran meluncurkan 180 rudal ke Israel, merusak satu sekolah di kota Hod Hasharon, Israel, dan menewaskan sedikitnya satu orang di Tepi Barat. Iran mengatakan serangan pada Selasa merupakan balasan atas pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap para pemimpin Hizbullah, Hamas, dan militer Iran.
Sementara Israel bersiap membalas, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Rabu, membahas konflik tersebut dengan para pemimpin negara-negara industri dalam Kelompok Tujuh (G7).
Biden mengatakan, “Kami akan membahas dengan Israel apa yang akan mereka lakukan, tetapi kami bertujuh sepakat bahwa mereka berhak merespons, (tetapi) harus secara proporsional.”
Biden mengatakan dia tidak mendukung Israel menyerang situs nuklir Iran. Presiden Amerika Serikat telah lama memperingatkan Israel agar tidak membiarkan perangnya dengan Hamas di Gaza menyebar ke proksi Iran lainnya, Hizbullah, di Lebanon, dan, akhirnya, ke Iran.
Israel minggu ini melancarkan serangan darat ke Lebanon. Negara itu mengancam akan menyerang Iran dan negara-negara lain yang menjadi proksi Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, “Kami akan menyerang Yudea dan Samaria (Tepi Barat). Kami akan menyerang Gaza, Lebanon, Yaman, Suriah dan juga Iran. Kami memerangi poros kejahatan di mana-mana.”
Amerika Serikat khawatir eskalasi lebih lanjut dapat menyeret Amerika Serikat langsung ke dalam perang jika Iran melancarkan serangan balasan ke Israel — terutama jika kepentingan Amerika Serikat terdampak.
Pengamat Timur Tengah di Carnegie Endowment for International Peace, mantan juru runding Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Aaron David Miller, melalui Skype menyatakan, “Itu bisa berarti menyerang fasilitas produksi minyak di Arab Saudi, misalnya. Itu bisa berarti memberdayakan kelompok-kelompok pro-Iran di Irak dan Suriah untuk menyerang pasukan Amerika. Dan ya, itu bisa menjebloskan Amerika Serikat ke dalam perang ini.”
Amerika Serikat sudah terlibat dalam mencegat rudal-rudal Iran menarget Israel.
Apakah Biden akan menggunakan kemampuan ofensif untuk menyerang Iran secara langsung? Masih belum jelas. Yang jelas, walaupun ada seruan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon, Amerika Serikat belum berhasil mengatasi konflik tersebut.
Brian Katulis, peneliti senior di Middle East Institute, melalui Skype mengatakan,"Pendorong utama berbagai peristiwa di Timur Tengah saat ini adalah para pelaku yang terlibat operasi tempur ini. Israel, Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Iran beserta jaringannya di seluruh wilayah, termasuk Houthi di Yaman. Sejauh ini, AS telah beroperasi umumnya sebagai pengamat dan mencoba membatasi dan mencegah hasil terburuk."
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menyalahkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa atas perang di Timur Tengah. “Jika mereka menyingkir dari wilayah tersebut, tidak diragukan lagi, konflik, perang, dan bentrokan ini akan hilang sepenuhnya,” sebutnya.
Gedung Putih belum menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Khamenei, tetapi mengatakan Iran akan dikenai sanksi lebih lanjut. [ka/ab]
Forum