Tidak semua golongan darah, sama. Ada empat golongan darah, berdasarkan pada adanya antigen tertentu. Golongan-golongan darah itu dikenal sebagai A, B, AB – yang paling langka – dan O - yang paling umum. Dibandingkan orang-orang bergolongan darah O, peneliti mendapati, mereka yang bergolongan darah AB berisiko 23 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung. Orang-orang yang bergolongan darah B, 11 persen lebih mungkin terkena penyakit pembuluh darah koroner, sedangkan mereka yang bergolongan darah A berisiko lima persen lebih tinggi, dibandingkan mereka yang bergolongan darah O.
Kajian itu dilakukan peneliti pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Harvard di Boston, yang menganalisis data dari dua penelitian besar di Amerika: Kajian Kesehatan Perawat, yang melacak kesehatan lebih dari 62.000 perawat, dan Kajian Lanjutan Kesehatan Profesional yang melibatkan lebih dari 27.000 laki-laki. Para peserta kedua kajian itu dicermati selama 20 tahun atau lebih, dan temuan kajian Harvard itu sama antara laki-laki dan perempuan.
Penulis senior Lu Qi, guru besar kajian kependudukan di Harvard, mengatakan analisis genetika bisa memberitahu dokter apakah rekomendasi biasa untuk mengurangi risiko penyakit jantung, seperti perbaikan diet dan olahraga, akan efektif bagi orang bergolongan darah yang langka.
"Jika kami dapati faktor-faktor risiko akan menimbulkan reaksi berbeda pada orang dari golongan darah berbeda, kami bisa memberi rekomendasi khusus bagi orang-orang itu," ujarnya.
Empat puluh tiga persen orang Amerika bergolongan darah O, dibandingkan 57 persen orang bergolongan darah A, B atau AB.
Dibandingkan golongan darah lain, penelitian sebelumnya mendapati, orang bergolongan darah A cenderung punya kadar kolesterol lebih tinggi, zat seperti lilin yang menyumbat pembuluh darah, sedangkan orang bergolongan darah B dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Kedua kondisi itu merupakan faktor risiko bagi penderita penyakit pembuluh darah koroner.
Mereka yang bergolongan darah paling langka, yaitu AB, telah terbukti memiliki kadar sel-sel endotelial lebih tinggi dalam sirkulasi darah, yang bisa menyebabkan peradangan dan pembentukan plak pada arteri yang nantinya akan menyebabkan pembuluh darah jantung tersumbat.
Tetapi Lu mengatakan, pemilik golongan darah yang langka tidak selalu berarti orang itu rentan terhadap penyakit jantung.
"Memiliki golongan darah AB atau A atau B tidak berarti orang itu akan pasti terkena penyakit jantung kronis. Yang kami dapati hanyalah, mereka berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit itu," paparnya.
Menurut Lu, terlepas dari golongan darah, orang harus mempertahankan gaya hidup sehat guna mengurangi risiko terkena penyakit pembuluh darah koroner.
Artikel tentang golongan darah dan penyakit jantung ini diterbitkan dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology.
Kajian itu dilakukan peneliti pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Harvard di Boston, yang menganalisis data dari dua penelitian besar di Amerika: Kajian Kesehatan Perawat, yang melacak kesehatan lebih dari 62.000 perawat, dan Kajian Lanjutan Kesehatan Profesional yang melibatkan lebih dari 27.000 laki-laki. Para peserta kedua kajian itu dicermati selama 20 tahun atau lebih, dan temuan kajian Harvard itu sama antara laki-laki dan perempuan.
Penulis senior Lu Qi, guru besar kajian kependudukan di Harvard, mengatakan analisis genetika bisa memberitahu dokter apakah rekomendasi biasa untuk mengurangi risiko penyakit jantung, seperti perbaikan diet dan olahraga, akan efektif bagi orang bergolongan darah yang langka.
"Jika kami dapati faktor-faktor risiko akan menimbulkan reaksi berbeda pada orang dari golongan darah berbeda, kami bisa memberi rekomendasi khusus bagi orang-orang itu," ujarnya.
Empat puluh tiga persen orang Amerika bergolongan darah O, dibandingkan 57 persen orang bergolongan darah A, B atau AB.
Dibandingkan golongan darah lain, penelitian sebelumnya mendapati, orang bergolongan darah A cenderung punya kadar kolesterol lebih tinggi, zat seperti lilin yang menyumbat pembuluh darah, sedangkan orang bergolongan darah B dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Kedua kondisi itu merupakan faktor risiko bagi penderita penyakit pembuluh darah koroner.
Mereka yang bergolongan darah paling langka, yaitu AB, telah terbukti memiliki kadar sel-sel endotelial lebih tinggi dalam sirkulasi darah, yang bisa menyebabkan peradangan dan pembentukan plak pada arteri yang nantinya akan menyebabkan pembuluh darah jantung tersumbat.
Tetapi Lu mengatakan, pemilik golongan darah yang langka tidak selalu berarti orang itu rentan terhadap penyakit jantung.
"Memiliki golongan darah AB atau A atau B tidak berarti orang itu akan pasti terkena penyakit jantung kronis. Yang kami dapati hanyalah, mereka berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit itu," paparnya.
Menurut Lu, terlepas dari golongan darah, orang harus mempertahankan gaya hidup sehat guna mengurangi risiko terkena penyakit pembuluh darah koroner.
Artikel tentang golongan darah dan penyakit jantung ini diterbitkan dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology.