Gubernur Minnesota mengaktifkan seluruh garda nasional Sabtu (30/5) untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, mengantisipasi unjuk rasa dengan kekerasan untuk malam kelima berturut-turut. Unjuk rasa itu dipicu oleh kematian seorang laki-laki Afrika Amerika dalam tahanan polisi.
Dalam empat malam belakangan, protes-protes bergulir menjadi penjarahan, pembakaran dan kekerasan lain di Minneapolis dan St. Paul serta kota-kota lain di seluruh AS.
“Kami diserang," kata Gubernur Tim Walz yang menjanjikan "kekuatan penuh" akan digunakan untuk memulihkan ketertiban.
Gubernur di empat negara bagian lain --Georgia, Kentucky, Ohio dan Texas-- juga mengaktifkan tentara Garda Nasional untuk membantu mengendalikan sejumlah demo yang di banyak tempat berubah menjadi aksi kekerasan. Beberapa kota, seperti Porrtland, Oregon, dan Los Angeles, telah memberlakukan jam malam setelah kekerasan terjadi di kota-kota itu.
Protes-protes itu terkait kematian George Floyd, yang terekam dalam sebuah video sedang terbaring di jalan sambil ditindih lehernya dengan lutut seorang polisi berkulit putih. Floyd, yang diborgol tangannya, berulangkali mengatakan, "Saya tidak bisa bernapas."
Video ponsel itu telah memicu kemarahan global, dan protes-protes telah menyebar di seluruh negara itu.
Sementara sebagian protes diwarnai kekerasan, seperti pembakaran dan penjarahan di Minneapolis dan Portland, protes lain berlangsung damai, seperti di Wilmington, Delaware, dan Greenville, South Carolina.
Di Washington, pasukan pengaman presiden membentuk pengamanan pagar betis sejak Jumat (29/5) hingga Sabtu (30/5) pagi untuk menghalau massa di Lafayette Park, di seberang Gedung Putih.
Sabtu malam, sederetan kendaraan, membunyikan klakson dan membawa poster-poster bertuliskan “Black Lives Matter”, sementara pengunjuk rasa lain berkumpul dekat Gedung Putih.
Presiden Donald Trump, berbicara di luar Gedung Putih, memberi dukungan kepada Walz, mengatakan, "Mereka harus lebih tegas. Dengan tegas, mereka menghormati [George Floyd]." [vm/ft]